Mau belajar bisnis online??Klik aja link di bawah ini!!

Jumat, 21 Januari 2011

Keterampilan Pokok Pekerja Pemberdayaan Komunitas


Bagian ini membahas keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan oleh se-orang pekerja pengembangan komunitas agar mampu memainkan peran-peran yang telah dibahas sebelumnya.  Berbagai keterampilan yang akan dibahas di sini dapat menjadi modal dasar bagi para pekerja pengembangan komunitas agar mampu memainkan satu atau dua peran yang telah dibahas.


A.      Masalah Dengan ‘Buku Pintar’, ‘Resep’ dan/atau ‘Petunjuk Teknis

Tidak pernah ada jalan pintas untuk mempelajari dan meningkatkan ke-terampilan dalam pengembangan komunitas.  Berbagai buku, manual, petunjuk teknis yang ‘mengajarkan’ kepada para pekerja pengembangan komunitas bagaimana cara melakukan tugasnya dengan pendekatan “buku pintar memasak” (cook book) telah diterbitkan.  Buku-buku ini memberi urutan instruksi bagaimana melakukan pekerjaan pengembangan komunitas, bagaimana melakukan kajian kebutuhan (need assement), bagaimana memimpin rapat dan sebagainya.  Buku seperti itu tentu saja berguna sebagai sumber gagasan dan pandangan, tetapi seseorang tidak dapat terampil dalam pengembangan komunitas hanya dengan belajar dari buku.  Alasan paling prinsip adalah :


1.        Buku-buku manual seperti itu cenderung menggambarkan struktur proses pengembangan komunitas yang teratur linier, mulai dari tahap kajian kebutuhan, membentuk organisasi komunitas (biasanya organisasi baru), mengupayakan dana, melaksanakan kampanye, dan melakukan pemantauan dan evaluasi

Untuk melakukan setiap tahapan, juga digambarkan pelaksanaan langkah demi langkah dan lagi-lagi dengan asumsi struktur proses yang teratur secara linier.  Pada kasus tertentu proses pengembangan komunitas dapat saja linier, tetapi lebih banyak yang relatif ‘acak/ random’ tak berurutan dan cenderung nampak tidak mengikuti urutan-urutan logis.  Hal ini terjadi karena pengalaman manusia datang begitu saja tanpa urutan.  Karena itu, para pekerja pengembangan komunitas sering harus melakukan proses yang konstan bergerak maju ke tengah, mundur ke belakang dan sampai ke akhir.

Maka, celakalah pekerja pengembangan komunitas yang tidak memiliki kepekaan terhadap dinamika komunitas dan tidak berani keluar dari urutan-urutan langkah yang dianjurkan oleh buku manual yang dipegangnya untuk berimprovisasi mengikuti dinamika itu.

2.      Setiap komunitas berbeda satu sama lain.  Karena itu penggunaan buku manual pengembangan komunitas secara ‘pukul rata’ di semua komunitas juga celaka.  Isi manual dapat diterapkan di satu komunitas, tetapi karena perbedaan sejarah, pengalaman, budaya, tradisi, pendapatan, iklim dan bahkan kondisi geografis, dapat saja tidak terterapkan di komunitas lain.  Pekerja pengembangan komunitas harus mengembangkan sendiri solusi, struktur dan proses yang ‘membumi’ bersesuaian dengan kondisi komunitas.

3.      Selain karena setiap komunitas berbeda satu sama lain, para pekerja pengembangan komunitas juga berbeda satu sama lain.  Masing-masing pekerja pengembangan komunitas harus mengembangkan sendiri keterampilan yang sesuai bagi dirinya untuk melakukan tugasnya.  Tentu saja belajar kepada orang lain itu berguna, tetapi memungut begitu saja gaya, tipe dan metoda yang digunakan orang lain tanpa penyesuaian kepada potensi, tipe kepribadian dan gaya komunikasi diri sendiri akan hanya melahirkan keterampilan semu yang tidak pernah menyatu (terinternalisasi) ke dalam dirinya sendiri.

4.      Pendekatan ‘buku pintar memasak cenderung memperlakukan berbagai keterampilan sebagai sesuatu yang terisolasi (terpisah-pisah satu dengan yang lain).  Seolah-olah keterampilan itu dapat dipelajari dari keterampilan itu sendiri.  Faktanya, keterampilan bukanlah sesuatu yang ‘bebas/bersih dari nilai-nilai’ tetapi sangat berkaitan dengan nilai-nilai, pengetahuan dan latar belakang pengalaman seseorang.  Karena itu setiap orang memiliki cara sendiri dalam memandang dan mengadopsi setiap keterampilan, pengetahuan dan pengalaman orang lain yang mungkin tercantum di buku-buku manual yang diberikan kepadanya.

Sekali lagi, tidak untuk mengatakan bahwa buku manual tidak berguna sama sekali, tetapi bahayanya adalah jika mengasumsikan apa yang ditulis di dalam buku semacam itu sebagai ‘keharusan atau petunjuk cara melakukan sesuatu’.  Celakalah pekerja pengembangan komunitas yang meng-harapkan manual, panduan, petunjuk teknis dan buku se-jenisnya dapat mengajari dan memampukannya melakukan tugas-tugas pengembangan komunitas.


B.     Kompetensi

Hampir setiap pekerjaan khususnya pekerjaan formal semakin dideskripsikan dengan kompetensi yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan itu.  Berbagai kursus dan pelatihan dirancang berbasis tingkat kompetensi tertentu para pesertanya, yang akan dicapai pada akhir kursus dan pelatihan sebagai produk akhir.  Istilah kompetensi juga telah disama-artikan dengan keterampilan dan pendangkalan pandangan pada kompetensi sangat tidak memadai dalam hubungannya dengan pekerjaan pengembangan komunitas seperti telah diuraikan.  Penggambaran kompetensi untuk tugas-tugas pengembangan komunitas hendaknya tidak sekedar terbatas pada deskripsi tugas-tugas khusus spesifik yang dapat berarti mengurangi pentingnya aspek-aspek seperti kesabaran, fleksibilitas, komitmen, pandangan holistik dan basis teori.  Deskripsi sempit tentang kompetensi yang diperlukan untuk melakukan pengembangan komunitas seperti itu akan membuat pengembangan komunitas sebagai wilayah sempit yang hanya boleh diisi oleh orang-orang yang “ahli” dan ‘terampil” dan bahkan sangat mungkin mengarah menjadi terlalu akademik.  Hal ini akan mencerabut esensi sejatinya, yaitu :  sesungguhnya kerjaan pengembangan komunitas dapat dilakukan oleh siapapun.

Bagi para pekerja pengembangan komunitas, terdapat dua pilihan sikap ter-hadap wacana tentang kompetensi yang berkembang, yaitu :  menentangnya atau mengembangkan deskripsi alternatif.  Pilihan pertama akan mengakibatkan para pekerja pengembangan komunitas terpinggirkan dari wilayah klasifikasi pekerjaan yang berlaku sekarang.  Pilihan kedua dapat mengarah pada penempatan pekerjaan pengembangan komunitas menjadi bagian dari suatu sistem formalisasi jenis pekerjaan yang mungkin tidak terlalu tepat.


C.     Praktek, Teori, Refleksi dan Praksis

Membahas praktek secara terpisah dari teori sama saja dengan menceraikan-nya dari konteksnya.  Pemisahan praktek dari teori adalah pola pikir mekanistik.  Dalam kegiatan pengembangan komunitas, praktek dan teori harus dipandang sebagai sesuatu yang berhubungan saling terkait.  Dengan melakukan kita memahami sesuatu;  dan dengan pemahaman kita mampu melakukan sesuatu dengan cara yang lebih baik.  Dalam kalimat lain dapat dinyatakan :  “Untuk memahami sesuatu lakukan dahulu, dan untuk me-lakukan sesuatu pahami dahulu”.  Kedua pandangan yang disebut sebagai pandangan ‘materialisme’ dan ‘idealisme’ ini ada benarnya.  Karena itu dalam pengembangan komunitas, melakukan dan mempelajari atau mempelajari dan melakukan berlangsung bersamaan, dan proses ini menjadi kunci pengembangan keterampilan pengembangan komunitas.

Untuk menjelaskan kombinasi antara materialisme dengan idealisme ini dikenal istilah ‘praksis’.  Esensi praksis adalah siklus konstan antara melakukan, mempelajari dan merefleksi;  sehingga ketiganya secara efektif menyatu.  Dari proses inilah baik teori maupun praktek dikembangkan.  Dengan demikian, praksis tidak sekedar aksi tetapi juga mempelajari dan mengembangkan teori sekaligus.

Persoalannya adalah apakah para pekerja pengembangan komunitas secara teratur menyisakan waktu untuk melakukan refleksi kritis dari apa yang sudah dilakukannya..?  Ataukah mereka hanya menenggelamkan diri dalam tugas administratif sehari-hari karena telah memperlakukan tugas yang diembannya sekedar pekerjaan untuk memperoleh pendapatan..?  Pertanyaan lebih kritis lagi adalah :  “Apakah para pekerja pengembangan komunitas telah memfasilitasi proses refleksi kritis bersama komunitas sehingga pembelajaran juga terjadi di komunitasnya..?





D.     Mengembangkan Keterampilan

Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas pengembangan komunitas tidak dapat dipelajari dari buku-buku manual dan tidak juga di dalam kelas-kelas pelatihan.  Bukan berarti bahwa buku-buku manual dan pelatihan tidak relevan, tetapi sangat berguna untuk mem-perhadapkan pekerja pengembangan komunitas ke gagasan-gagasan baru untuk mengembangkan keterampilannya.

Daripada mempelajari keterampilan yang dibutuhkan dalam pengembangan komunitas, lebih baik membahas bagaimana keterampilan itu dapat di-kembangkan.  Karena, itu membantu mengembangkan keterampilan dengan memberikan stimulasi, umpan-balik, lingkungan belajar yang sesuai dan ruang untuk melakukan refleksi kritis menjadi lebih penting.

Berbagai keterampilan pengembangan komunitas dikembangkan sebagai bagian dari praktek.  Sekalipun pembelajaran di kelas dan buku manual dapat memberi stimulasi dan memperhadapkan seseorang pada kemungkinan dan gagasan-gagasan baru;  tidak ada yang dapat menggantikan pengalaman praktis sebagai sarana penting mengembangkan keterampilan.  Melalui pengalaman praktis ini para pekerja pengembangan komunitas secara konstan mengembangkan dan mengasah keterampilannya, berbasis dan konsisten dengan kepribadian, gaya dan ideologi yang dimilikinya.  Lagi-lagi, celakalah orang yang memilih pekerjaan pengembangan komunitas tanpa ditunjang oleh kepribadian, gaya dan ideologi.

Ada lima komponen penting yang dibutuhkan mengembangkan keterampilan pengembangan komunitas yang masing-masing berfungsi penting membantu mengembangkan keterampilan dimaksud, yaitu :  analisis, kepedulian dan kesadaran, pengalaman, belajar dari sumber lain dan intuisi yang masing-masing akan dibahas berikut ini.

1.      Analisis
Praktek yang baik menyatu dengan analisis yang baik.  Jika seseorang mampu menganalisis dengan baik, misalnya proses yang begitu rumit dari sebuah pertemuan (rapat) komunitas, maka dia akan mampu mempengaruhi proses itu secara tepat dan konstruktif.  Untuk mampu melakukan analisis dengan baik, diperlukan kerangka teoritis dari berbagai bidang ilmu pengetahuan yang membantu untuk memahami apa yang sudah, sedang dan akan terjadi.  Arti nyata analisis sebagai komponen penting dalam membangun keterampilan pengembangan komunitas menekankan pada pentingnya teori dan perlunya intelektualitas.  Juga untuk menekankan bahwa keterampilan pengembangan komunitas jauh melewati batasan pelatihan sederhana menembus sampai ke wilayah pendidikan yang lebih luas dari wilayah pelatihan.  Dengan kata lain, seorang pekerja pengembangan komunitas yang terdidik akan jauh lebih baik daripada yang sekedar terlatih.

2.      Kepedulian dan kesadaran
Komponen ini menyangkut kepedulian dan kesadaran akan diri sendiri sebagai pekerja pengembangan komunitas dan kepedulian dan ke-sadaran akan apa yang dialami komunitas.

Nilai penting kesadaran tentang diri sendiri adalah kemampuan memahami bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya dan bagaimana berinteraksi dengan orang lain.  Aspek ini dapat dipertajam dengan melakukan refleksi diri secara kritis, meminta orang lain memberi masukan, ikutserta berinteraksi dalam kelompok, bahkan dengan mengamati diri sendiri di cermin atau lewat rekaman video.

Kepedulian dan kesadaran akan apa yang terjadi di luar sama penting-nya dengan kepedulian dan kesadaran akan diri sendiri.  Ini memerlukan kepekaan terhadap orang lain, kemauan mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh orang lain, memahami politik lokal di tingkat komunitas, budaya dan tradisi mereka.

3.      Pengalaman
Sudah disebut, dalam pekerjaan pengembangan komunitas tidak ada yang dapat menggantikan pengalaman praktis.  Pengembangan komunitas relatif lebih merupakan seni (art) daripada sains (science) dan dalam tugasnya, para pekerja pengembangan komunitas lebih sering dituntut mengambil keputusan yang relatif berbasis kearifan, pemahaman dan intuisi, tidak berbasis petunjuk teknis.  Ketajaman analisis hanya dapat dikembangkan melalui kearifan praktis, dan untuk memperoleh itu tidak ada nasehat lain kecuali memperbanyak keterlibatan langsung di dalam kegiatan bersama komunitas.

4.      Belajar dari sumber lain
Peribahasa Indonesia mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik.  Sayangnya, orang sering tidak menyadari bahwa mengamati cara orang lain mengerjakan sesuatu juga merupakan pengalaman.  Celakakah orang yang harus menjatuhkan diri sendiri bersama sepeda motor di jalan raya, karena tidak mengakui bahwa menyaksikan kecelakaan bersepeda motor di jalan raya sebagai suatu pengalaman.  Piciklah orang yang beranggapan bahwa mendengarkan ceramah dan menyimak penjelasan orang lain sebagai sesuatu yang bukan peng-alaman belajar.

5.      Intuisi
Mengambil keputusan berdasarkan intuisi, tidak berdasarkan prosedur yang rasional sering dicap sebagai ‘tidak ilmiah’.  Tetapi kenyataannya, mempercayai keputusan spontan yang didasarkan pada perasaan yang mendalam seringkali mengarah pada tindakan yang benar, sesering orang menyesali keputusan yang didasarkan pada pendapat pihak kedua (second opinion) yang nampaknya ‘ilmiah’.  Penyebabnya adalah bahwa sebenarnya intuisi bukanlah sesuatu yang bersifat acak, tetapi dipertajam oleh adanya berbagai prinsip, perasaan, nilai-nilai dan pengalaman yang terinternalisasi di dalam diri seseorang sehingga kontribusinya di dalam pengambilan keputusan sering tak disadari.

Intuisi tidak dapat dianggap remeh.  Intuisi berperan penting dalam rangka mengembangkan keterampilan, karena intuisi ternyata menjadi sumber utama dalam menentukan apa dan bagaimana sesuatu dilakukan.  Namun demikian, sangat penting untuk mengenali sumber intuisi tersebut.  Misalnya pengetahuan, nilai-nilai dan pengalaman hidup seseorang yang diwarnai oleh unsur-unsur rasisme, secara intuitif akan cenderung mengambil keputusan yang berbau rasisme.

E.      Mengikis Mitos Keliru Tentang Keterampilan

Tidak ada yang sangat khusus dan unik dalam keterampilan yang umumnya dimiliki oleh seorang pekerja pengembangan komunitas yang baik.  Tidak ada aspek-aspek penting seperti yang terdapat pada keterampilan lain seperti keterampilan merangkai komponen pesawat radio atau menyusun program komputer.  Dalam pekerjaan pengembangan komunitas tidak ada kegiatan yang khusus yang berada di luar pengalaman kebanyakan orang.  Mendengarkan orang lain, mengorganisir, menjadi anggota aktif suatu kelompok, dan mengambil keputusan adalah kegiatan yang hampir semua orang berpengalaman melakukannya.  Bahkan dalam kehidupan keseharian hal itu telah dilakukan sejak kecil.  Karena itu untuk menjadi pekerja pengembangan komunitas tidak ada hal khusus yang betul-betul baru dan khusus yang perlu dipelajari.  Semuanya tidak lebih dari sekedar memahami dan menggunakan keterampilan yang sudah berkembang dan yang diperoleh dari pengalaman hidup masing-masing.

Sayangnya, sebagaimana jabatan atau berbagai peran di bidang layanan insani lainnya, keterampilan pengembangan komunitas telah mengalami mistifikasi menjadi jargon dan/atau menjadi nampak ruwet karena digambarkan pada diagram atau skema dan model yang rumit sehingga terkesan jadi lebih khusus dari yang sesungguhnya.

Pekerja pengembangan komunitas hendaknya mulai bertindak mengikis mitos-mitos itu dengan cara menghindari penggunaan jargon dan berbagai istilah yang terkesan spesifik dan menggantinya dengan istilah-istilah yang lebih umum.  Misalnya lebih baik menggunakan ‘membantu kelompok mengambil keputusan’ daripada istilah ‘memfasilitasi kelompok mencapai konsensus’;  lebih baik memakai ‘perencanaan’ daripada ‘perencanaan strategis’ dan sebagainya.

F.      Keterampilan Pokok Dalam Pengembangan Komunitas

Berbagai jenis keterampilan yang sangat khusus seperti yang ada pada pekerjaan reparasi barang elektronik, perbaikan mesin-mesin dan sejenisnya tidak akan ditemui di dalam deretan daftar keterampilan pokok pengembangan komunitas yang akan diuraikan berikut ini, tetapi relatif merupakan keterampilan pokok yang umumnya dimiliki oleh pekerja pengembangan komunitas yang berhasil.  Kekurangan di salah satu atau beberapa bagian dari keterampilan pokok sebagaimana diuraikan berikut ini;  secara umum dapat menyebabkan pekerja pengembangan komunitas kurang efektif.

1.      Keterampilan berkomunikasi antar-pribadi
Seorang pekerja pengembangan komunitas dituntut berkomunikasi dengan banyak orang/pihak.  Karena itu dia harus memiliki keterampilan berkomunikasi.  Pekerja pengembangan komunitas harus mampu berkomunikasi dengan berbagai orang/pihak dengan tipe kepribadian dan latar belakang berbeda.  Kemampuan minimum yang harus dimiliki untuk ini adalah :

§    memulai komunikasi dan percakapan,
§    mengambil kesimpulan dari komunikasi dan percakapan,
§    menjaga agar komunikasi dan percakapan tetap fokus (jika perlu),
§    menyadari pentingnya dukungan lingkungan fisik untuk kelancaran berkomunikasi (posisi pihak-pihak, informal atau formal dan sebagainya),
§    mendengarkan dengan baik,
§    memahami dan menafsirkan dengan tepat apa yang disampaikan oleh pihak lain,
§    membangun suasana yang mendukung orang lain untuk berkomunikasi dengan baik,
§    bertanya,
§    mendorong orang lain untuk merefleksikan apa-apa yang baru didiskusikan,
§    menyatakan pesan/maksud secara jelas dan terbuka dengan bahasa yang mudah dimengerti,
§    menyampaikan saran dengan cara yang tepat agar memperoleh tanggapan serius dari pihak lain,
§    menjamin agar interaksi dalam pertemuan benar-benar merupakan dialog, bukan ajang pamer kekuatan (kuasa) dan kendali,
§    menyadari perbedaan budaya dan kepekaan dalam pola ber-komunikasi (baik verbal maupun non-verbal),
§    menggunakan bahasa tubuh yang tepat untuk membantu keberhasilan berkomunikasi, dan
§    menyadari keterbatasan waktu, prioritas dan kepentingan pihak lain.

Berbagai keterampilan antar-pribadi seperti disebutkan di atas, selain telah menjadi bagian dari pengalaman hidup setiap orang, dapat juga dikembangkan baik melalui konsultasi dengan orang lain maupun melalui pelatihan.

2.      Keterampilan bekerja dengan atau di dalam kelompok
Sebagian besar waktu tugas para pekerja pengembangan komunitas digunakan untuk terlibat dengan atau di dalam kelompok-kelompok kecil.  Karenanya, pekerja pengembangan komunitas harus mampu bekerja di dalam atau dengan kelompok.  Dengan kata lain, para pekerja pengembangan komunitas perlu memiliki keterampilan dalam mengelola kelompok.  Keterampilan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah :

§    mengamati dan memahami dinamika kelompok,
§    memahami faktor-faktor budaya dan jender yang menghambat partisipasi aktif pihak-pihak dalam kelompok,
§    memahami pentingnya pengaturan lingkungan fisik (tempat duduk, meja dan kursi dan sebagainya) yang dapat mendukung kelancaran pertemuan kelompok,
§    berbicara di dalam kelompok dengan baik agar mampu memperoleh perhatian yang memadai,
§    menyediakan kepemimpinan yang memadai (jika diperlukan) dalam membantu proses kelompok,
§    mengikutsertakan semua peserta pertemuan dalam diskusi dengan mendorong anggota yang jarang bicara agar lebih banyak memberi gagasan dan mengendalikan orang yang terlalu dominan,
§    menafsirkan dan merefleksikan kembali apa yang sudah dikatakan oleh salah satu anggota kelompok sehingga maksud itu dipahami sama oleh seluruh anggota kelompok,
§    membantu kelompok mencapai kesepakatan optimum,
§    mempersiapkan pertemuan dan membantu orang lain untuk melakukan hal yang sama,
§    mengambil peran sebagai penyelenggara pertemuan, menyusun agenda pertemuan,
§    membuat risalah pertemuan dan catatan penting lainnya,
§    menjaga agar pertemuan dapat dilaksanakan tepat waktu (tepat waktu mulai dan tepat waktu selesai),
§    mencegah perpecahan,
§    mengetahui peraturan dan etika pertemuan formal dan dapat menentukan kapan harus menggunakan peraturan dan etika itu,
§    membingkai (menyusun kerangka) penyelesaian (solusi) formal,
§    memberi penafsiran (pemahaman) atas kesepakatan, peraturan kelompok dan peraturan yang berlaku lebih luas,
§    menggunakan humor untuk mencairkan ketegangan dan mem-bangun solidaritas.

Sebagian besar kelompok di mana pekerja pengembangan komunitas terlibat adalah kelompok-kelompok yang mempunyai sasaran tertentu yang ingin dicapai.  Sekalipun ada, sangat jarang seorang pekerja pengembangan komunitas terlibat dalam kelompok yang dibentuk khusus sebagai sarana terapi, memberi pengalaman berkelompok, memahami proses-proses dalam kelompok dan sejenisnya.

3.      Keterampilan mendidik
Pendidikan adalah salah satu peran penting seorang pekerja pengembangan komunitas.  Karena itu keterampilan mendidik menjadi hal yang teramat penting.  Dalam beberapa hal, pekerja pengembangan komunitas juga dituntut untuk memiliki keterampilan melatih seperti misalnya membuat risalah pertemuan, menyusun/melakukan pembukuan sederhana, menggunakan komputer dan sebagainya.

Sangat penting bagi setiap orang untuk membedakan makna antara pendidikan dengan pelatihanPendidikan bertujuan untuk ‘menjadi’;  sedangkan pelatihan menuju ‘mampu melakukan’.  Pendidikan ber-makna lebih luas dan lebih mengarah pada pengembangan kesadaran, sedangkan pelatihan bermakna lebih sempit dan lebih mengarah pada pembentukan keterampilan.

4.      Keterampilan menyediakan sumberdaya bagi struktur dan proses-proses di dalam komunitas
Pekerja pengembangan komunitas sering harus membantu komunitas atau kelompok-kelompok di dalam komunitas untuk memperoleh sumberdaya seperti informasi, keterampilan dan keahlian yang diperlukan.  Karena tidak semua kebutuhan komunitas dapat disediakan oleh si pekerja pengembangan komunitas, ada baiknya jika dia mengetahui berbagai kemungkinan sumberdaya yang dapat diakses di luar dan bagaimana cara memperolehnya.

5.      Keterampilan menulis
Keterampilan menulis sangat penting bagi setiap pekerja pengembangan komunitas.  Setiap saat dia dihadapkan pada kebutuhan untuk menulis laporan, proposal pendanaan, surat resmi, dan bahkan menulis bahan untuk lansiran media (press release).  Persoalannya terletak pada kemampuan berbahasa tulis yang biasanya bersifat lebih formal daripada bahasa lisan.

6.      Keterampilan memotivasi, membangun antusiasme dan menggerak-kan orang
Keterampilan ini berhubungan dengan animasi sosial sebagaimana telah dibahas terdahulu.  Keterampilan ini relatif lebih sulit dikembangkan karena lebih banyak dipengaruhi oleh dasar-dasar kepribadian seseorang.  Untuk sebagian orang, ‘dari sananya’ telah dibekali ‘bakat’ keterampilan memotivasi, membangun minat dan menggerakkan orang lain.  Karena itu, sebenarnya aspek ini tidak dapat secara ‘murni’ diklasifikasikan sebagai keterampilan, tetapi lebih merupakan kelengkapan kepribadian yang inheren di dalam diri seseorang.

7.      Keterampilan mengelola konflik
Keterampilan mengelola konflik sangat penting bagi seorang pekerja pengembangan komunitas.  Salah satu bagian pentingnya adalah ke-mampuan untuk melakukan ‘intervensi’ tanpa keberpihakan dan memediasi.  Kadang-kadang juga diperlukan keterampilan merundingkan kepentingan pihak-pihak agar semuanya terdorong untuk mencapai mufakat, yang biasa disebut sebagai negosiasi.  Kedua hal tersebut nampaknya tidak cukup.  Masih perlu pemahaman lebih utuh tentang penyebab, sifat-sifat dan cara pengelolaan konflik yang diuraikan lebih rinci pada materi tentang Pengelolaan Konflik.

8.      Keterampilan pewakilan dan melakukan advokasi
Terkadang pekerja pengembangan komunitas perlu memainkan peran sebagai pembela (advokat) untuk dan atas nama kepentingan kelompok, komunitas dan bahkan individu di dalam komunitas.  Hal itu dapat saja terjadi karena kadang-kadang orang tidak pandai mengungkapkan gagasan, ke-mauan dan kebutuhannya.  Tidak cakap mempertahankan diri dari tekanan, serangan atau ancaman atas kepentingannya, yang setiap saat bisa saja muncul baik dari dalam maupun dari luar komunitas itu sendiri.

Keterampilan advokasi menuntut kemampuan mendengarkan dan memahami orang lain, serta keterampilan mengungkapkan pemahaman itu kepada pihak lain.  Dengan demikian diperlukan kapasitas menerima dan daya tanggap terhadap orang lain;  kapasitas mendengarkan, menafsirkan dan memahami orang lain dan keterampilan presentasi, ketegasan dan komunikasi.

9.      Keterampilan melakukan presentasi di hadapan publik
Presentasi di hadapan publik hampir merupakan pekerjaan sehari-hari yang dilakukan setiap pekerja pengembangan komunitas.  Karena itu mengembangkan keterampilan ini sangat penting.  Keterampilan ini dapat ditingkatkan dengan mengikuti pertemuan-pertemuan kelompok di mana tiap orang berkesempatan berbicara.  Sayangnya orang selalu tidak menyadari bahwa kemampuan berbicara dipengaruhi oleh penguasaan bahasa dan perbendaharaan kata.  Itulah sebabnya mengapa orang sering menjadi gagap atau ‘mati kamus’.  Perbendaharaan kata-kata dan cara berbahasa hanya dapat dikembangkan justeru dengan mem-perbanyak membaca dan mendengarkan orang lain.

10.    Keterampilan bekerja menggunakan media
Keterampilan menggunakan media lebih banyak ditentukan oleh kemampuan seseorang menyiasati cara kerja media itu.  Media sangat berhitung dengan waktu (media elektronik) dan ruang (media cetak).  Jadi kunci keberhasilan memanfaatkan media massa adalah bagaimana mengemas gagasan yang dapat ditayangkan dalam waktu singkat atau yang tidak banyak memakai ruang di dalam media cetak.
Pemanfaatan media juga berhubungan dengan pemilihan momentum tepat untuk melayangkan lansiran media (press release).  Satu hal penting adalah menyusun bahan lansiran media yang sudah menggunakan bahasa media sehingga media yang menerimanya tidak terlalu perlu lagi melakukan penyesuaian-penyesuaian (sunting ulang).

Untuk mengembangkan keterampilan di bidang ini, pekerja pengembangan komunitas dapat melakukannya dengan mencermati media yang mungkin digunakan.  Setiap media dan bahkan setiap jurnalis mempunyai fokus perhatian tertentu.  Penting mengenali jurnalis dan media yang berminat tinggi terhadap masalah kemiskinan dan komunitas.  Sekalipun nampak sepele, memiliki nomor-nomor telepon/faksimili dan/atau E-mail media dan jurnalis tertentu sangat membantu.

11.    Keterampilan manajemen dan mengorganisasi
Sebagian besar keberhasilan pengembangan komunitas ada-lah hasil dari efektivitas manajemen dan pengorganisasian komunitas dan kegiatan-kegiatannya.  Karenanya, jadi logis jika setiap pekerja pengembangan omunitas memerlukan tingkat kemampuan minimum bidang manajemen dan pengorganisasian.  Jika tidak terlalu banyak dimiliki, maka sangat penting untuk memindahkan pekerjaan-pekerjaan terkait kepada komunitas sekaligus sebagai upaya pemberdayaan.

12.    Keterampilan melakukan riset/penelitian
Pekerja pengembangan komunitas memerlukan kemampuan melakukan riset/penelitian dasar.  Tetapi yang dimaksud dengan riset dasar di sini bukanlah riset yang canggih dengan analisis statistika yang rumit.  Kemampuan minimum yang sering diperlukan misalnya bagaimana memahami data dasar yang ada di monografi kelurahan, cara melakukan sensus dan berbagai aktivitas penelitian/observasi lainnya.  Keterampilan ini akan sangat baik jika dilengkapi dengan pengetahuan dan kefasihan menggunakan berbagai instrumen perencanaan partisipatif seperti ‘community self-survey’ dan berbagai instrumen pembangunan partisipatif lainnya.

G.     Berbagi (Sharing) Keterampilan

Berbagi keterampilan yang dimaksud di sini tidak saja antara sesama pekerja pengembangan komunitas untuk mengembangkan keterampilan masing-masing, tetapi juga antara komunitas dengan si pekerja pengembangan komunitas.  Jika seorang pekerja pengembangan komunitas tidak konsisten melakukan pemindahan keterampilan kepada komunitas, maka dia akan tetap sebagai ‘ahli’ atau ‘profesional’ dan komunitas tetap sebagai ‘klien’.

Menempatkan komunitas terus-menerus sebagai klien semakin menjauhkan upaya pengembangan komunitas itu dari maksud yang sesungguhnya :  pemberdayaan dan penghapusan struktur yang tidak menguntungkan (termasuk struktur hubungan antara ‘ahli’ atau ‘konsultan’ dengan ‘klien’).

Memfasilitasi proses pertukaran keterampilan di antara sesama anggota komunitas sebagaimana telah diulas juga sangat penting.  Hal ini perlu untuk memaksimalkan penggunaan sumberdaya, pengetahuan, keahlian dan keterampilan dari komunitas itu sendiri.  Dengan begitu ketergantungan akan dapat dikurangi dan prinsip kemandirian lebih memungkinkan tercapai.


 * Materi Pelatihan Comdev oleh CFCD
[     ]