Memperhatikan
definisi dasar dan prinsip-prinsip pengembangan komunitas sebagaimana telah
dibahas pada materi Pengertian Dasar Pengembangan Komunitas (Community
Development) dan Prinsip-prinsip
Pengembangan Komunitas, orang segera akan membayangkan bahwa pekerjaan ini
pastilah hanya dapat dilakukan oleh para profesional, spesialis atau setidaknya
oleh tenaga kerja yang dibayar. Tentu
saja pekerjaan pengembangan komunitas dapat dilakukan oleh personel seperti
yang baru disebutkan, tetapi keterampilan yang umumnya sangat menentukan
keberhasilan pengembangan komunitas bukanlah ‘keterampilan’ yang lumrah
seperti yang ada dalam persepsi umum.
Pembahasan berikut ini tidak bermaksud
membatasi peran-peran yang umum dilakukan dalam pengembangan komunitas pada
spesialisasi tertentu, tetapi lebih pada peran-peran yang biasanya dilakukan
oleh para pekerja pengembangan komunitas yang berhasil. Membahas peran spesifik dan teknis dalam
pekerjaan pengembangan komunitas akan ‘menjebak’ setiap orang pada usaha
memilah peran-peran itu menjadi bagian-bagian rinci yang dapat dipandang
terpisah dan berdiri sendiri satu sama lain.
Padahal kenyataan menunjukkan, peran-peran pengembangan komunitas yang
diuraikan berikut ini relatif terintegrasi satu dengan lainnya.
Terdapat empat kelompok peran utama yang umum dijalankan oleh para
pekerja pengembangan komunitas yang baik, yaitu :
A. Peran Fasilitatif,
B. Peran
Edukatif (peran kependidikan),
C. Peran
Representatif (peran pewakilan), dan
D. Peran Teknis.
Masing-masing kelompok peran tersebut terdiri dari beberapa peran yang
akan diuraikan lebih lengkap berikut ini.
A. Peran Fasilitatif (Facilitative Roles)
Peran-peran yang digolongkan ke dalam
kelompok ini adalah yang berkaitan dengan menstimulasi dan mendukung
pengembangan komunitas dan berbagai proses yang secara efektif menjadi katalis
bagi kegiatan nyata dan membantu menjalankan proses. Kelompok peran ini
terdiri dari :
1. animasi sosial,
2. mediasi dan
negosiasi,
3. mendukung
(supportive),
4. membangun
konsensus,
5. memfasilitasi
kelompok,
5. mendayagunakan
keterampilan dan sumberdaya, dan
6. pengorganisasian.
Rincian keterangan masing-masing
diuraikan berikut ini.
1. Peran animasi sosial
Peran animasi sosial adalah peran yang
dilakukan oleh seseorang dalam memberi inspirasi, menumbuhkan minat,
(antusiasme), mengaktivasi, menstimulasi, memberi tenaga (energi) dan
memotivasi orang lain untuk melakukan aksi (tindakan nyata). Ada beberapa modal dasar yang perlu dimiliki oleh
para pekerja pengembangan komunitas agar mampu memainkan peran ini, yaitu :
Antusiasme
Pekerja
pengembangan komunitas yang memiliki antusiasme yang tinggi akan mampu
berkomunikasi dengan orang lain pada tingkat antusiasme yang setara. Antusiasme yang sungguh-sungguh secara
otomatis mudah menular kepada orang lain, tetapi antusiasme semu (yang
pura-pura) segera akan dirasakan oleh orang lain. Dengan demikian, sia-sialah seorang
pekerja pengembangan komunitas yang berpura-pura menunjukkan antusiasme dalam
melakukan pekerjaannya dalam pengembangan komunitas.
Komitmen
Pekerja
pengembangan komunitas yang memiliki komitmen yang kuat terhadap pengembangan
komunitas atau terhadap keberhasilan pembangunan umumnya, juga akan menunjukkan
komitmen yang tinggi terhadap orang lain.
Dengan memiliki komitmen, juga akan lebih mudah dan sabar berbicara
dengan orang lain. Seseorang yang
melakukan pekerjaan pengembangan komunitas hanya sekedar sebagai pekerjaan
untuk memperolah upah jarang menunjukkan keberhasilan.
Integritas
Integritas
sangat penting bagi seorang animator sosial.
Pekerja Pengembangan komunitas yang menampilkan dirinya apa adanya,
bersikap dan bertindak tulus, konsisten, tidak manipulatif menjalin hubungan
dengan orang lain akan lebih berhasil.
Implikasi praktisnya, setiap pekerja pengembangan komunitas akan
berhadapan dengan tipe, pola dan gaya hidup pribadinya sehari-hari di luar
tugasnya. Lebih lagi bahwa dalam
pekerjaan seperti ini hampir tidak ada batas jelas antara waktu bekerja dengan
tidak bekerja, apalagi jika dia tinggal di lingkungan komunitas di mana dia
bekerja.
Umumnya sulit
bagi seseorang untuk memahami dan menghayati persoalan kemiskinan, jika selama
hidupnya belum pernah mengalami kekurangan dan tidak pernah bergaul dengan
orang-orang yang berkekurangan. Sifat
dan perilaku curang, mata keranjang atau genit sangat tidak menunjang untuk
menjadi pekerja pengembangan komunitas yang baik.
Komunikasi
Seseorang tidak
akan pernah menjadi seorang animator sosial yang baik jika tidak mampu
melakukan komunikasi dengan orang lain secara jelas, tegas dan tepat. Tidak saja berkaitan dengan kemampuan
menyampai-kan gagasan, fakta, pendapat dan informasi tetapi juga menyangkut
kemampuan untuk mengkomunikasikan antusiasme, integritas dan komitmen
yang dimilikinya itu kepada orang lain.
Sebagian orang
memiliki kemampuan berkomunikasi yang tanpa disadari, tetapi sebagian besar
kemampuan berkomunikasi bergantung pada pemahaman dan analisis sebagai hasil
merefleksi tindakan-tindakan yang telah dilakukan atau pengalaman. Dengan kata lain, seseorang yang kurang mampu
berkomunikasi dengan orang lain, akan mengalami kesulitan menunjukkan diri
secara utuh kepada orang lain.
Kepribadian
Tidak berarti
bahwa setiap orang harus menjadi seorang yang ekstrovert agar
dapat menjadi animator sosial yang baik.
Banyak pekerja
pengembangan komunitas yang berhasil, cenderung berkepribadian relatif introvert
(pendiam). Tidak ada satu tipe
kepribadian terbaik untuk menjadi pekerja pengembangan komunitas. Yang penting adalah, seorang pekerja
pengembangan komunitas harus memahami betul kepribadiannya sendiri dan
mengetahui cara menggunakannya untuk mencapai hasil maksimum. Berupaya mengubah kepriadian dengan
berusaha ‘menjadi orang yang bukan dirinya sendiri’ tidak menolong
menjadi pekerja pengembangan komunitas yang baik.
2. Peran mediasi dan negosiasi
Para pekerja
pengembangan komunitas akan sering dihadap-kan pada perbedaan pendapat,
pandangan dan bahkan pertentangan kepentingan antar individu dan kelompok di
dalam komunitas. Sementara itu, salah
satu tugas penting pengembangan komunitas adalah membangun konsensus. Dalam kondisi itu seorang pekerja
pengembangan komunitas sering harus berperan sebagai mediator atau negosiator
untuk pihak-pihak yang tidak bersesuaian.
Peran sebagai
mediator dan negosiator adalah sebagian dari peran-peran dalam pengelolaan
konflik. Lebih lanjut tentang mediasi
dan negosiasi diuraikan pada materi tentang pengelolaan konflik.
3. Peran memberi dukungan (supportive role)
Satu hal sangat penting dilakukan pekerja
pengembangan komunitas adalah memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk
terlibat dalam struktur komunitas dan kegiatannya. Peran ini mencakup bagaimana meyakinkan orang
lain, mengenali dan menghargai mereka dan kontribusinya dalam pelaksanaan
kegiatan komunitas, memberi dorongan dan menyediakan diri setiap saat jika ada
anggota komunitas yang perlu bertanya tentang sesuatu hal, meminta pendapat dan
pandangan orang lain, berkonsultasi dan sebagainya.
Dukungan tidak
hanya dapat diberikan secara terstruktur dan formal. Dukungan yang nampaknya kecil dan sederhana
sering sangat berarti untuk menghidupkan suasana sosial di dalam
komunitas. Dukungan semacam ini misalnya
: memastikan bahwa sudah ada orang yang
mempersiapkan ruangan pertemuan yang akan digunakan hari berikutnya, menyediakan
diri agar mudah ditemui, memastikan sudah ada orang yang mengurus konsumsi
pertemuan dan segala peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan suatu kegiatan
bersama. Dukungan dapat diberikan dalam
suasana dan kesempatan yang tidak selalu terkait langsung dengan tugas,
misalnya : saat mengobrol di warung
setempat, saat menonton latihan olah raga kelompok pemuda dan sebagainya. Seorang pekerja pengembangan komunitas
yang merasa terlalu sibuk untuk sekedar mampir dan mengobrol seperlunya,
berarti terlalu sibuk untuk membuat pekerjaan pengembangan komunitas yang
dilakukannya mencapai keberhasilan.
4. Peran membangun konsensus
(mufakat)
Suka atau tidak
suka, konflik pasti terjadi di dalam interaksi sosial, ekonomi dan
politik; betapapun kecil skala jumlah
manusia yang terlibat di dalamnya. Hal
ini terjadi karena hampir semua kelembagaan yang ada di masyarakat saat ini
dibangun dengan basis persaingan. Peran
ini berhubungan dengan penerapan prinsip konsensus (mufakat)
yang telah dijelaskan pada materi tentang Prinsip-prinsip Pengembangan
Komunitas (Community Development).
Membangun
mufakat adalah pengembangan dari peran mediasi dan negosiasi. Mufakat mengutamakan tujuan bersama,
mengidentifikasi kesamaan kepentingan dasar dan membantu pihak-pihak menuju
posisi mufakat optimum yang dapat diterima oleh pihak-pihak. Sekali lagi, mufakat bulat hanyalah
ilusi (angan-angan) yang tidak pernah terjadi. Dari-pada bermimpi untuk selalu mencapai
mufakat bulat atau yang dibulat-bulatkan, lebih baik menempatkan padangan dan
pemikiran yang masih berbeda di sebagian anggota kelompok sebagai pertimbangan
dalam pelaksanaan keputusan yang kurang bulat.
5. Peran memfasilitasi kelompok
Sebagian besar waktu yang diperlukan dalam pekerjaan pengembangan komunitas
digunakan untuk bekerja di dalam/dengan kelompok. Sukses seorang pekerja pengembangan komunitas
sangat ditentukan oleh sejauh mana efektivitasnya bekerja di dalam/dengan
kelompok. Kelompok-kelompok di dalam
pengembangan komunitas dapat saja seperti kelompok kerja, gugus tugas tertentu
dan sebagainya. Lebih jauh mengenai
pengetahuan tentang pengelolaan kelompok akan dibahas pada materi lain.
6. Peran pendayagunaan
keterampilan dan sumberdaya
Tugas pertama
pekerja pengembangan komunitas untuk memperbaiki kondisi ekonomi komunitas
adalah menyusun daftar keahlian, peng-alaman, keterampilan dan sumberdaya lain
yang dimiliki komunitas itu.
Pertimbangannya, seringkali berbagai sumberdaya itu merupakan potensi
ekonomi yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
Sering tidak
disadari oleh komunitas, sebenarnya mereka memiliki berbagai sumberdaya yang
dapat dimanfaatkan, misalnya : gedung
sekolah yang dapat dipakai sebagai tempat pertemuan, tanah kosong yang
sementara belum dimanfaatkan oleh pemiliknya dan para anggota komunitas yang
memiliki keahlian tertentu dan sebagainya.
Tugas penting
seorang pekerja pengembangan komunitas adalah memfasilitasi agar komunitas
dapat mendayagunakan segala potensi yang mereka miliki yang sebelumnya tidak
termanfaatkan. Pelaksanaan peran ini,
erat kaitannya dengan penerapan prinsip kemandirian (keswadayaan).
7. Peran pengorganisasi
Sederhananya peran ini berarti peran seseorang yang berfungsi untuk ‘memastikan
segala sesuatu berjalan lancar’.
Misalnya memastikan sudah ada orang yang mengurus ruangan pertemuan yang
akan digunakan, memastikan sudah ada yang mengurusi undangan dan sebagainya.
Tidak menyatakan bahwa semuanya harus dilakukan oleh si pekerja
pengembangan komunitas, tetapi membantu dan memberi kesempatan kepada anggota
komunitas untuk melakukannya merupakan bagian dari peran ini. Membiasakan proses seperti itu sangat berarti
sebagai pendidikan bagi komunitas untuk mengorganisir aktivitas mereka.
B. Peran-peran Kependidikan
(Educational Roles)
Peran kependidikan menuntut para pekerja
pengembangan komunitas untuk lebih aktif.
Tidak sekedar pendorong dan pemberi stimulasi. Pekerja pengembangan komunitas tidak hanya
berfungsi membantu agar proses berjalan, tetapi dituntut memberi masukan yang
positif dan relatif direktif. Peran ini
tentu saja harus dimainkan dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman yang dimiliki. Peran
kependidikan terdiri dari :
1. peran
meningkatkan kesadaran,
2. peran
penyediaan informasi,
3. peran
menentang (mempertentangkan), dan
4. peran
melatih.
Penjelasan tentang masing-masing bagian peran tersebut dibahas berikut
ini.
1. Peran meningkatkan kesadaran (consiousness raising)
Peningkatan kesadaran dilakukan dengan cara
membantu seseorang untuk memahami hubungan antara individu (dirinya sendiri)
dengan kondisi politik dan keadaan sekeliling, membantu seseorang memahami
bagaimana dirinya berada di dalam keseluruhan struktur yang ada. Penyadaran juga bermaksud membantu seseorang
memahami masalah yang dihadapi, cita-cita, aspirasi, dan kekecewaannya dalam
situasi sosial dan politik yang lebih luas.
Pemisahan antara kehidupan individu dari
situasi politik adalah salah satu penyebab pembodohan dan pelemahan; cenderung membawa seseorang pada pandangan
yang mempersalahkan si korban (blame the victim) dan memperkokoh
struktur yang menekan (structure of the oppression) dan
meningkatkan ketidakberdayaan.
Tugas para
pekerja pengembangan komunitas adalah mengarahkan orang pada pandangan jauh ke
depan dan meyakinkan bahwa dia mampu membuat perubahan. Penyadaran juga upaya untuk memampukan orang lain melihat alternatif
keluar dari berbagai persoalan yang sedang dialami.
2. Peran memberi informasi (informing)
Menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh
komunitas adalah peran penting pengembangan komunitas. Tidak dapat disangkal bahwa se-benarnya
komunitas banyak melihat fakta di sekitarnya.
Tetapi karena fakta-fakta ini tidak diolah, tidak pernah menjadi
informasi yang dapat menjelaskan sesuatu kepada komunitas. Itulah sebabnya, mengapa sering sekali komunitas
tidak terinformasi dengan baik dan bahkan tidak menyadari perubahan dan masalah
yang mereka alami.
Informasi dari
luar sangat berguna bagi komunitas untuk memperluas wawasan dan bahkan sering
dapat memberi inspirasi (gagasan-gagasan baru).
Karena itu sangat penting bagi para pekerja pengembangan komunitas untuk
menyediakan informasi bagi komunitas.
Informasi-informasi semacam ini misalnya : informasi tentang suatu komunitas yang
kehidupannya sangat demokratis dan mandiri (swadaya), informasi tentang layanan
teknologi dan keahlian di luar dan bagaimana cara meng-aksesnya, layanan
pelatihan yang mungkin berguna bagi komunitas dan sebagainya.
3. Peran
menentang/mempertentangkan (confronting)
Kadang-kadang
seorang pekerja pengembangan komunitas perlu melakukan konfrontasi dengan
kelompok tertentu di dalam komunitas karena berbagai sebab. Tetapi perlu diingat bahwa peran ini harus
dilakukan dengan sangat hati-hati, jangan sampai bergeser pada konflik yang sulit
dikelola. Misalnya, pekerja pengembangan
komunitas mengetahui ada sekelompok anggota komunitas yang sedang mengarah pada
keputusan yang menuju pelanggaran hukum;
maka tidak ada cara lain kecuali menentangnya. Contoh lain misalnya jika ada kelompok yang
tidak bersedia menginformasikan situasi pembukuannya.
Menentang
gagasan kelompok yang kontroversial, dapat dilakukan dengan cara yang baik
misalnya dengan mengajukan gagasan dan contoh yang sama sekali berbeda dan
berlawanan. Menentang/mempertentangkan (confronting) juga merupakan instrumen
untuk meningkatkan kesadaran. Dalam
konteks ini seorang pekerja pengembangan komunitas menunjukkan satu situasi
yang sangat berbeda dengan apa yang ada di komunitas sebagai pembanding.
4. Peran kepelatihan/melatih
Pelatihan adalah peran pendidikan yang
paling spesifik. Tidak perlu harus
merupakan pelatihan formal di dalam kelas.
Sederhananya, mengajari seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara
yang lebih baik sudah dapat dikategorikan sebagai pelatihan. Tidak hendak menyatakan bahwa pekerja pengembangan
komunitas harus mampu melatih, tetapi setidaknya dapat menunjukkan pelatihan
dan pelatih sesuai kebutuhan komunitas. Sangat baik
jika ditemukan dari komunitas itu sendiri.
Pelatihan
terbaik adalah pelatihan yang diberikan atas permintaan komunitas. Dengan demikian, sangat penting memampukan
komunitas merumuskan kebutuhan dan menemukan sumberdaya pelatihan. Setiap pekerja pengembangan komunitas
harus waspada terhadap godaan hasrat pribadi yang terburu-buru menyatakan bahwa
pelatihan tertentu dibutuhkan oleh komunitas.
Pelatihan akan sangat bermanfaat
sekalipun dilakukan secara tak terstruktur, lebih-lebih yang berkaitan dengan
proses dan kegiatan yang berlangsung di komunitas. Misalnya :
cara membuat catatan (risalah) pertemuan, cara membuat surat resmi, cara
mengarsipkan surat, pembukuan sederhana, hingga perencanaan konstruksi
sederhana.
C. Peran-peran Pewakilan
(Representational Roles)
Selain cukup banyak waktu yang harus dialokasikan oleh para pekerja
pengembangan komunitas untuk berinteraksi dengan komunitasnya, mereka juga dituntut
berinteraksi dengan sistem yang lebih luas.
Hal ini penting karena pada dasarnya pekerjaan pengembangan komunitas
bukanlah suatu fenomena tertutup.
Pewakilan adalah peran yang dilakukan pekerja pengembangan komunitas dalam
berinteraksi dengan pihak luar, untuk dan atas nama individu, kelompok atau
komunitas secara keseluruhan. Peran ini harus
dilakukan dengan jujur dalam ‘takaran’ yang tepat. Kejujuran diperlukan agar tidak sekali-kali ‘mengatasnamakan’
komunitas (fait accompli) untuk kepentingan sendiri. Takaran yang tepat diperlukan agar tidak
justeru membuat komunitas menjadi ketergantungan kepada ‘wakil’nya. Pewakilan yang berlebihan tidak mendukung
tercapainya keswadayaan. Kelompok peran
ini terdiri dari beberapa peran sebagai berikut :
1. Mencari dan menyediakan sumberdaya
(resourcing),
2. Pembelaan (advocacy),
3. Menggunakan media (using the
media),
4. Hubungan masyarakat (public
relation),
5. Mengembangkan jaringan kerja (networking),
dan
6. Mempertukarkan pengetahuan dan
pengalaman (sharing knowledge and experience).
Masing-masing dibahas lebih lanjut
berikut ini.
1. Peran mencari dan menyediakan sumberdaya (resourcing)
Meskipun prinsip kemandirian
mempersyaratkan penggunaan sumber-daya yang berasal dari komunitas itu sendiri,
acap kali pekerja pengembangan komunitas harus mengupayakan sumberdaya tertentu
dari luar. Sumberdaya ini umumnya dana,
di mana seorang pekerja pengembangan komunitas sedikitnya terlibat dalam
penyusunan proposal, melakukan lobby dan membantu komunitas memahami
persoalan politik yang terkait dengan pendanaan.
Pekerja pengembangan komunitas tidak
jarang terlalu cepat berkesimpulan dan bertindak mengupayakan dana dari luar
untuk membiayai proyek yang akan dilakukan komunitas. Pendekatan seperti ini justeru sering
menyebabkan ketergantungan dan pelemahan.
Sebelum memutuskan untuk mengupayakan sumberdaya dari luar, pekerja
pengembangan komunitas hendaknya lebih dulu mempertimbangkan apakah dana
benar-benar diperlukan, sumberdaya apa yang sungguh-sungguh diperlukan (dana
atau sumberdaya lainnya), dan apakah tidak mungkin disediakan oleh komunitas
itu sendiri.
Pendanaan dari luar hanya dapat
diterima jika hal itu benar-benar berkaitan dengan keterbatasan waktu, dan
hanya dimaksudkan sebagai pemulai (starter) atau untuk menumbuhkan suatu
program – tidak untuk jangka panjang.
Harus juga dipertimbangkan apakah sumberdaya pengganti secara perlahan
dapat disediakan oleh komunitas sendiri sehingga akhirnya komunitas benar-benar
swadaya.
Sumberdaya seperti keahlian,
pengetahuan dan teknologi dan sumber-daya non-dana lainnya harus diperlakukan
sama. Kecenderungan terlalu cepat
mendatangkan tenaga ahli dan keahlian dari luar dapat mengakibatkan ketergantungan.
2. Peran pembelaan (advocacy)
Tak jarang seorang pekerja
pengembangan komunitas harus memerankan diri sebagai pembela individu, kelompok
atau komunitas secara keseluruhan. Atas
nama kelompok, individu atau komunitas;
pekerja pengembangan komunitas harus melakukan sesuatu agar masalah
segera memperoleh penyelesaian yang baik dan adil.
Perlu diingat bahwa peran ini cukup
mengundang risiko. Pembelaan (advocacy)
hanya dapat dilakukan jika si advokat dipastikan lebih menguasai
persoalan dan lebih mampu mengupayakan penyelesaian - lebih-lebih pada kasus
hukum. Jika tidak, akibatnya dapat berbalik menjadi pelemahan dan
ketergantungan kepada si pembela.
Karena prasyarat si pembela harus benar-benar lebih mampu daripada yang
dibela, maka jelaslah bahwa peran ini mengandung hubungan struktural antara si
pembela dengan yang dibela. Dalam
kondisi hubungan struktural seperti ini sangat besar godaan bagi pekerja
pengembangan komunitas dan setiap saat dapat tergelincir ke penyalahgunaan
kekuatan (abuse of power).
Terutama dalam kaitannya dengan penggunaan peran
mempertentang-kan/menentang (confronting), sering kali seorang
pekerja pengembang-an komunitas juga harus memerankan diri menjadi apa yang
disebut sebagai ‘pengacara setan’ (devil advocate). Dalam
konteks tertentu membela Pihak A melawan Pihak B, tetapi dalam konteks lain
lagi membela Pihak B melawan Pihak A, pada konteks lain lagi membela Pihak C
melawan Pihak A dan Pihak B. Strategi ‘peran
pembela bunglon’ seperti ini sering harus dilakukan untuk memelihara
kebaikan bagi kedua belah pihak dan/atau kebaikan bagi keseluruhan komunitas,
tidak sekedar mencapai manfaat bagi salah satu pihak saja.
3. Peran menggunakan media (using the media)
Sering juga seorang pekerja pengembangan komunitas dituntut mampu
menggunakan media (terutama media massa).
Diperlukan untuk mengangkat satu issu tertentu ke khasanah publik yang
lebih luas agar memperoleh perhatian lebih besar di arena perbincangan dan
agenda publik. Media massa juga sangat
diperlukan jika komunitas ingin mengampanyekan suatu kegiatan yang memerlukan
dukungan publik.
Dalam situasi krisis, media sering dibutuhkan. Misalnya jika ada suatu skandal publik yang
berkaitan dengan kepentingan komunitas;
dugaan korupsi atau jika komunitas dihadapkan pada suatu issu
kontroversial. Bentuk-bentuk penggunaan
media bisa berupa lansiran media (press release), wawancara
di radio dan televisi atau di koran.
4. Peran hubungan masyarakat (public
relation)
Pekerja pengembangan komunitas juga
perlu memperhatikan citra yang harus ditunjukkan dari/oleh proyek pengembangan
komunitas di mana dia sedang bekerja.
Dia harus berupaya untuk mempromosikan kegiatan pengembangan komunitas
yang dilakukannya, baik ke dalam maupun ke luar komunitas. Ini untuk mengundang partisipasi yang lebih
luas. Peran seperti itu dapat dilakukan
dengan menjadi pembicara di satu forum, di kelompok-kelompok di dalam komunitas
maupun di luar komunitas, mencetak dan menyebarkan leaflet, brosur,
poster dan sebagainya.
Hubungan masyarakat memerlukan
kreativitas dan imajinasi yang kuat, kejelian melihat momentum dan kecerdikan
meraih perhatian publik. Pekerja pengembangan komunitas hendaknya tidak memandang peran ini
semata-mata sebagai tanggungjawabnya sediri.
Pelibatan komunitas melakukan hal ini harus disadari sebagai bagian dari
pemberdayaan.
5. Peran mengembangkan jaringan kerja (networking)
Berjaringan kerja berarti menjalin
hubungan dengan berbagai pihak dan mengembangkan kemampuan mendayagunakan
hubungan tersebut dalam mempercepat perubahan yang diperlukan. Berjaringan kerja juga berarti memperluas
hubungan asosiatif dengan berbagai pihak, dan ini penting dalam rangka
meningkatkan kekuatan, karena asosiasi merupa-kan salah satu sumber
kekuatan. Lihat bahasan tentang Sumber-sumber
Kekuatan (Sources of Power) dan Berbagai Pilihan Strategi
Pemberdayaan.
Strategi ini banyak dilakukan untuk
mendorong percepatan perubahan melalui hubungan dengan berbagai pihak yang
memiliki kesamaan kepentingan dan tujuan, sumber-sumber keahlian dan informasi
di luar komunitas.
6. Peran mempertukarkan pengetahuan dan
pengalaman (sharing of knowledge and experience)
Sangat penting bagi para pekerja pengembangan komunitas berbagi pengetahuan
dan pengalaman dengan sesamanya dan mengambil manfaatnya. Harus selalu disadari bahwa tidak ada seorangpun
yang mengetahui segalanya. Karena itu
mereka perlu belajar dari koleganya, dari pengalaman dengan komunitas lain dan
bahkan dari proyek sejenis.
Saling membelajari, berbagi pengetahuan dan pengalaman dapat dilakukan
secara formal maupun informal. Secara
formal misalnya dengan mengikuti seminar, lokakarya, konferensi, simposium dan
sebagainya. Cara lain misalnya menulis
di/atau membaca jurnal atau bullettin.
Dengan cara itu mereka dapat mempertukarkan gagasan tentang apa yang
sudah dilakukan maupun yang akan dicoba, memaparkan hasil evaluasi dari
program/proyek sejenis, dan bahkan mempertukarkan aspek-aspek teoritis. Jalur formal tidak harus bersifat khusus dan
berkaitan langsung dengan pengembangan komunitas, tetapi juga sangat berguna
memetik manfaat dari dan berkontribusi ke bidang-bidang lain seperti : bidang pemerintahan (otonomi daerah),
pembangunan perkotaan, perumahan dan infrastruktur, lingkungan hidup dan
bidang-bidang lainnya.
Cara-cara informal sering kali juga menunjukkan efektivitas yang tinggi
dalam rangka pertukaran pengetahuan dan pengalaman. Ini dapat terjadi pada kesempatan mengobrol
di warung kopi, saat makan siang bersama, atau melalui media internet dan
sebagainya.
Pekerja pengembangan komunitas harus juga waspada agar tidak menjadi
elitis. Sangat baik jika pertukaran
pengetahuan dan pengalaman dilakukan bersama komunitas. Dan yang penting adalah bagaimana seorang
pekerja pengembangan komunitas dapat memfasilitasi proses agar para anggota
komunitas mempertukarkan pengetahuan dan pengalaman. Dalam konteks ini seorang pekerja
pengembangan komunitas juga sudah memainkan peran kependidikannya.
D. Peran-peran Teknis
Sebagian besar pekerjaan pengembangan komunitas tidaklah
dilakukan dengan menggunakan keahlian yang dapat dikategorikan sebagai ‘keahlian
teknis’ jika seseorang memahami istilah ‘teknis’ itu
sebagai penerapan keterampilan khusus/spesifik dengan pendekatan ‘petunjuk
teknis’ (cook book). Meskipun begitu, selalu ada kebutuhan
penggunaan keterampilan teknis sebagai alat pembantu proses. Keterampilan teknis itu misalnya :
1. Pengumpulan dan
analisis data (data collection and analysis),
2. Penggunaan
komputer dan alat kantor lainnya (using computer and other
office equipments),
3. Presentasi verbal
dan tertulis (verbal and writen
presentation),
4. Manajemen (management),
dan
5. Pengawasan/pengendalian
finansial (financial control).
Bukan keharusan
bagi pekerja pengembangan komunitas mampu memainkan keseluruhan peran teknis
yang telah disebutkan. Jika tidak
diperoleh seseorang yang mampu memainkan peran keterampilan teknis itu dari
komunitas sendiri, perlu diupayakan dari luar.
Umumnya para
pekerja pengembangan komunitas mengembangkan sendiri keterampilan teknis sesuai
kebutuhannya. Ini dapat ditempuh melalui
pelajaran yang diperoleh dalam pelatihan atau dari pengalamannya sendiri selama
melaksanakan tugasnya.
Ada dua keahlian teknis lainnya yang penting
dalam melakukan pekerjaan pengembangan komunitas, yaitu : melakukan kajian kebutuhan dan meng-evaluasi. Menempatkan keduanya sebagai suatu keahlian
teknis sebenarnya mengakibatkan munculnya pendapat bahwa hal itu hanya dapat
dilakukan dengan baik oleh ‘para tenaga ahli teknis’. Hal ini berimplikasi ‘monopoli
pengetahuan dan keahlian’ dalam kaitannya dengan pemberdayaan. Sekali lagi ditekankan, yang lebih penting
adalah kemampuan mempertukarkan pengetahuan, keahlian, pengalaman dan
keterampilan.
Peran-peran
teknik tersebut di atas akan dibahas berikut ini lebih rinci.
1. Peran
pengumpulan data dan analisis (data collection
and analyses)
Peran ini menunjuk para peran seperti yang biasa dilakukan oleh seorang
peneliti sosial dengan menggunakan berbagai metode penelitian sosial untuk
mengumpulkan data yang relevan, mengalisis dan menyajikannya. Dalam hal ini termasuk merancang dan
melaksanakan survai-survai sosial.
Aspek-aspek ini memang mengandung unsur keahlian teknis seperti
bagaimana merancang kuesioner dan melakukan analisis statistika dan sejenisnya. Meskipun begitu, penting mempertimbangkan
kata orang bijak yang menyatakan: “The
are two kind of lies in this world; the
damn lies and the statistics”.
Pernyataan ini sering menjadi kenyataan.
Penyebab yang paling sering adalah, karena berusaha keras taat asas pada
metodologi statistika tertentu, hanya data yang relevan dengan alat analisis
statistika yang diambil – bukan data yang relevan dengan tujuan dan manfaat
yang diharapkan dari survai. Di sinilah
umumnya bermula ‘bias para ahli’ (expert bias).
Juga tidak dapat disangkal, begitu banyak survai dan penelitian yang
dilakukan sebagai pembenaran hipotesis yang sebelumnya telah ditetap-kan. Dalam hal ini, kebanyakan survai dan penelitian
menjadi semacam ‘kotak hitam’ untuk pembenaran atas kekeliruan
perancangan dan pelaksanaan suatu proyek.
Tak kurang parahnya jika kemudian muncul rekomendasi penggunaan
pendekatan teknis untuk mengatasi persoalan yang sama sekali bukan persoalan
teknis.
Karena itu perlu
diingat, bahwa dominasi teknik statistika dalam pengumpulan data dan analisis
mengandung risiko yang cukup besar. Memfasilitasi komunitas untuk melakukan
survai diri sendiri (community
self-survey) jauh lebih baik.
2. Peran
penggunaan komputer dan peralatan kantor lainnya (using computers and other office equipments)
Apapun pandangan seseorang tentang teknologi komputer, suka atau tidak
suka tidak dapat disangkal bahwa benda ini telah menjadi bagian yang hampir tak
terpisahkan dari kehidupan. Karena itu,
para pekerja pengembangan komunitas perlu menguasai penggunaannya. Hal ini dapat menjadi salah satu bagian dari
upaya pemberdayaan dalam pengertian memampukan komunitas untuk juga menguasai
penggunaan komputer.
Apalagi mengingat manfaat pertukaran informasi melalui internet di mana
komputer merupakan komponen pentingnya;
maka penggunaan komputer semakin penting. Begitu banyak situs internet yang dapat
dijangkau sebagai sumber informasi pengembangan komunitas dan pengetahuan
terkait lainnya.
Dalam banyak hal, berbagai peralatan kantor lainnya dapat sangat
membantu proses-proses yang dilakukan di dalam komunitas. Karena itu dipastikan bahwa efektivitas dan
efisiensi kerja pengembangan komunitas akan meningkat jika penggunaan peralatan
kantor dikuasai dengan baik.
Sangat mungkin terdapat
kader komunitas yang memiliki komitmen dan kepedulian terlibat dalam pengembangan
komunitas, tetapi kurang menguasai penggunaan peralatan kantor. Dengan meningkatkan keterampilan penggunaan
peralatan kantor yang nampak paling sederhana sekalipun, efektivitas dan
efisiensi kader seperti ini dapat menjadi sangat meningkat. Karena itu, membantu komunitas atau kelompok
kerja dalam komunitas meningkatkan keterampilan mereka menggunakan peralatan
kantor, harus diperhitungkan sebagai bagian dari upaya pemberdayaan.
3. Peran presentasi verbal dan tertulis
Pengembangan komunitas
akan melibatkan berbagai pekerja-an yang nampaknya sepele seperti : menulis laporan, menulis gagasan, membuat
konsep surat, berbicara di hadapan orang banyak (setidaknya di depan kelompok
kecil) dan sebagainya. Salah satu aset
paling berharga dalam diri seorang pekerja pengembangan komunitas adalah
kemampuannya menyusun dan menyampaikan gagasan secara tertata baik lisan maupun
tertulis.
Pekerja pengembangan
komunitas harus cerdas memilih kata-kata dan bahasa yang tepat, akrab bagi
penerima dan mudah dimengerti.
Penggunaan ‘jargon-jargon’, istilah-istilah asing dan
teknis sering menghambat keberhasilan komunikasi. Tidak jarang orang mengalami ‘mati kamus’
pada saat melakukan presentasi di hadapan orang lain, lebih-lebih di hadapan
orang banyak. ‘Mati kamus’
menampakkan diri dalam dua bentuk. Yang
pertama, penggunaan kalimat dan penuturan yang bertele-tele sebelum
akhirnya mencapai maksud inti. Yang
kedua, terlalu sering diam memikirkan dan berusaha menemukan kata-kata yang
harus diucapkan untuk menggambarkan gagasan yang ingin disampaikan. Keduanya sama buruk dan sama menghambat
komunikasi. Kemampuan berkomunikasi
verbal maupun tertulis sangat terbantu jika dilengkapi dengan keterampilan
menggunakan peralatan audio-visual dan bahasa tubuh.
4. Peran manajemen (management)
Citi-cita pengembangan
komunitas adalah memampukan komunitas itu mengelola kegiatan dan proyek-proyek
mereka. Pada saat komunitas harus mulai
mengelola dan melaksanakan sendiri kegaitan mereka, kebutuhan akan kemampuan
manajemen menjadi semakin tinggi.
Karena itu, para
pekerja pengembangan komunitas sangat penting memahami dan menguasai
aspek-aspek manajemen secara umum – POAC (planning, organizing,
actuating, controling);
sehingga mampu meningkatkan kemampuan komunitas di bidang ini. Dalam konteks ini, manajemen secara umum juga
termasuk manajemen proyek-proyek sederhana.
5. Peran pengawasan keuangan (financial control)
Pengelolaan keuangan
menjadi hal yang teramat penting dalam kegiatan pengembangan komunitas. Hal ini disebabkan karena secara langsung
berkaitan dengan kepercayaan pihak-pihak yang terlibat dalamnya.
Di setiap pekerjaan
yang dilakukan dengan keterlibatan pihak lain, ‘uang’ menjadi
sesuatu yang paling peka.
Jangankan penyelewengan penggunaan, kekeliruan pencatatan dan pelaporan
saja sudah dapat mengakibatkan prasangka buruk yang sangat besar dari pihak
lain. Ini akan mendorong terjadinya konflik di antara pihak-pihak yang
terlibat.
Skandal keuangan tidak jarang berakibat sangat fatal, misalnya : konflik yang sangat sulit dikelola,
penghentian penyaluran bantuan dana, bahkan tidak jarang melahirkan rekomendasi
dan keputusan penghentian seluruh kegiatan pengembangan komunitas yang sedang
dilakukan.
Peran pengelolaan dan
pengendalian keuangan sering harus disediakan dari luar komunitas. Tetapi sesungguhnya tidak jarang keterampilan
dan pengetahuan tentang ini dapat diperoleh dari dalam komunitas itu
sendiri. Lagi-lagi, jika ingin konsisten
dengan tujuan pemberdayaan dan prinsip kemandirian; memampukan komunitas melakukan pengelolaan
dan pengendalian keuangan yang bertumpu pada komunitas itu sendiri (community-based
financial management) harus diutamakan.
Dengan seluruh uraian dan bahasan tentang peran-peran
yang umumnya dijalankan oleh para pekerja pengembangan komunitas di muka; makin disadari bahwa sangat tidak mungkin
menyusun ‘buku pintar pengembangan komunitas’ yang dapat membuat
orang langsung mampu dan terampil melakukan pekerjaan pengembangan
komunitas. Pekerjaan, keahlian atau
keterampilan dalam pekerjaan pengembangan komunitas haruslah menjadi pekerjaan
dan sekaligus sebagai proses belajar bagi para pekerja pengembangan komunitas
itu sendiri.
* Materi Pelatihan Community Development oleh Corporate Forum for Community Development
[ ]