Mau belajar bisnis online??Klik aja link di bawah ini!!

Jumat, 21 Januari 2011

Peran-Peran Pokok Pengembangan Komunitas


Memperhatikan definisi dasar dan prinsip-prinsip pengembangan komunitas sebagaimana telah dibahas pada materi Pengertian Dasar Pengembangan Komunitas (Community Development) dan Prinsip-prinsip Pengembangan Komunitas, orang segera akan membayangkan bahwa pekerjaan ini pastilah hanya dapat dilakukan oleh para profesional, spesialis atau setidaknya oleh tenaga kerja yang dibayar.  Tentu saja pekerjaan pengembangan komunitas dapat dilakukan oleh personel seperti yang baru disebutkan, tetapi keterampilan yang umumnya sangat menentukan keberhasilan pengembangan komunitas bukanlah ‘keterampilan’ yang lumrah seperti yang ada dalam persepsi umum.


Pembahasan berikut ini tidak bermaksud membatasi peran-peran yang umum dilakukan dalam pengembangan komunitas pada spesialisasi tertentu, tetapi lebih pada peran-peran yang biasanya dilakukan oleh para pekerja pengembangan komunitas yang berhasil.  Membahas peran spesifik dan teknis dalam pekerjaan pengembangan komunitas akan ‘menjebak’ setiap orang pada usaha memilah peran-peran itu menjadi bagian-bagian rinci yang dapat dipandang terpisah dan berdiri sendiri satu sama lain.  Padahal kenyataan menunjukkan, peran-peran pengembangan komunitas yang diuraikan berikut ini relatif terintegrasi satu dengan lainnya.

Terdapat empat kelompok peran utama yang umum dijalankan oleh para pekerja pengembangan komunitas yang baik, yaitu :

A.        Peran Fasilitatif,
B.        Peran Edukatif (peran kependidikan),
C.        Peran Representatif (peran pewakilan), dan
D.        Peran Teknis.

Masing-masing kelompok peran tersebut terdiri dari beberapa peran yang akan diuraikan lebih lengkap berikut ini.


A.      Peran Fasilitatif (Facilitative Roles)

Peran-peran yang digolongkan ke dalam kelompok ini adalah yang berkaitan dengan menstimulasi dan mendukung pengembangan komunitas dan berbagai proses yang secara efektif menjadi katalis bagi kegiatan nyata dan membantu menjalankan proses.  Kelompok peran ini terdiri dari :

1.         animasi sosial,
2.         mediasi dan negosiasi,
3.         mendukung (supportive),
4.         membangun konsensus,
5.         memfasilitasi kelompok,
5.         mendayagunakan keterampilan dan sumberdaya, dan
6.         pengorganisasian.


Rincian keterangan masing-masing diuraikan berikut ini.

1.      Peran animasi sosial
Peran animasi sosial adalah peran yang dilakukan oleh seseorang dalam memberi inspirasi, menumbuhkan minat, (antusiasme), mengaktivasi, menstimulasi, memberi tenaga (energi) dan memotivasi orang lain untuk melakukan aksi (tindakan nyata).  Ada beberapa modal dasar yang perlu dimiliki oleh para pekerja pengembangan komunitas agar mampu memainkan peran ini, yaitu :

Antusiasme
Pekerja pengembangan komunitas yang memiliki antusiasme yang tinggi akan mampu berkomunikasi dengan orang lain pada tingkat antusiasme yang setara.  Antusiasme yang sungguh-sungguh secara otomatis mudah menular kepada orang lain, tetapi antusiasme semu (yang pura-pura) segera akan dirasakan oleh orang lain.  Dengan demikian, sia-sialah seorang pekerja pengembangan komunitas yang berpura-pura menunjukkan antusiasme dalam melakukan pekerjaannya dalam pengembangan komunitas.

Komitmen
Pekerja pengembangan komunitas yang memiliki komitmen yang kuat terhadap pengembangan komunitas atau terhadap keberhasilan pembangunan umumnya, juga akan menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap orang lain.  Dengan memiliki komitmen, juga akan lebih mudah dan sabar berbicara dengan orang lain.  Seseorang yang melakukan pekerjaan pengembangan komunitas hanya sekedar sebagai pekerjaan untuk memperolah upah jarang menunjukkan keberhasilan.

Integritas
Integritas sangat penting bagi seorang animator sosial.  Pekerja Pengembangan komunitas yang menampilkan dirinya apa adanya, bersikap dan bertindak tulus, konsisten, tidak manipulatif menjalin hubungan dengan orang lain akan lebih berhasil.  Implikasi praktisnya, setiap pekerja pengembangan komunitas akan berhadapan dengan tipe, pola dan gaya hidup pribadinya sehari-hari di luar tugasnya.  Lebih lagi bahwa dalam pekerjaan seperti ini hampir tidak ada batas jelas antara waktu bekerja dengan tidak bekerja, apalagi jika dia tinggal di lingkungan komunitas di mana dia bekerja.

Umumnya sulit bagi seseorang untuk memahami dan menghayati persoalan kemiskinan, jika selama hidupnya belum pernah mengalami kekurangan dan tidak pernah bergaul dengan orang-orang yang berkekurangan.  Sifat dan perilaku curang, mata keranjang atau genit sangat tidak menunjang untuk menjadi pekerja pengembangan komunitas yang baik.


Komunikasi
Seseorang tidak akan pernah menjadi seorang animator sosial yang baik jika tidak mampu melakukan komunikasi dengan orang lain secara jelas, tegas dan tepat.  Tidak saja berkaitan dengan kemampuan menyampai-kan gagasan, fakta, pendapat dan informasi tetapi juga menyangkut kemampuan untuk mengkomunikasikan antusiasme, integritas dan komitmen yang dimilikinya itu kepada orang lain.

Sebagian orang memiliki kemampuan berkomunikasi yang tanpa disadari, tetapi sebagian besar kemampuan berkomunikasi bergantung pada pemahaman dan analisis sebagai hasil merefleksi tindakan-tindakan yang telah dilakukan atau pengalaman.  Dengan kata lain, seseorang yang kurang mampu berkomunikasi dengan orang lain, akan mengalami kesulitan menunjukkan diri secara utuh kepada orang lain.

Kepribadian
Tidak berarti bahwa setiap orang harus menjadi seorang yang ekstrovert agar dapat menjadi animator sosial yang baik.  Banyak pekerja pengembangan komunitas yang berhasil, cenderung berkepribadian relatif introvert (pendiam).  Tidak ada satu tipe kepribadian terbaik untuk menjadi pekerja pengembangan komunitas.  Yang penting adalah, seorang pekerja pengembangan komunitas harus memahami betul kepribadiannya sendiri dan mengetahui cara menggunakannya untuk mencapai hasil maksimum.  Berupaya mengubah kepriadian dengan berusaha ‘menjadi orang yang bukan dirinya sendiri’ tidak menolong menjadi pekerja pengembangan komunitas yang baik.

2.      Peran mediasi dan negosiasi
Para pekerja pengembangan komunitas akan sering dihadap-kan pada perbedaan pendapat, pandangan dan bahkan pertentangan kepentingan antar individu dan kelompok di dalam komunitas.  Sementara itu, salah satu tugas penting pengembangan komunitas adalah membangun konsensus.  Dalam kondisi itu seorang pekerja pengembangan komunitas sering harus berperan sebagai mediator atau negosiator untuk pihak-pihak yang tidak bersesuaian.

Peran sebagai mediator dan negosiator adalah sebagian dari peran-peran dalam pengelolaan konflik.  Lebih lanjut tentang mediasi dan negosiasi diuraikan pada materi tentang pengelolaan konflik.

3.      Peran memberi dukungan (supportive role)
Satu hal sangat penting dilakukan pekerja pengembangan komunitas adalah memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk terlibat dalam struktur komunitas dan kegiatannya.  Peran ini mencakup bagaimana meyakinkan orang lain, mengenali dan menghargai mereka dan kontribusinya dalam pelaksanaan kegiatan komunitas, memberi dorongan dan menyediakan diri setiap saat jika ada anggota komunitas yang perlu bertanya tentang sesuatu hal, meminta pendapat dan pandangan orang lain, berkonsultasi dan sebagainya.

Dukungan tidak hanya dapat diberikan secara terstruktur dan formal.  Dukungan yang nampaknya kecil dan sederhana sering sangat berarti untuk menghidupkan suasana sosial di dalam komunitas.  Dukungan semacam ini misalnya :  memastikan bahwa sudah ada orang yang mempersiapkan ruangan pertemuan yang akan digunakan hari berikutnya, menyediakan diri agar mudah ditemui, memastikan sudah ada orang yang mengurus konsumsi pertemuan dan segala peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan suatu kegiatan bersama.  Dukungan dapat diberikan dalam suasana dan kesempatan yang tidak selalu terkait langsung dengan tugas, misalnya :  saat mengobrol di warung setempat, saat menonton latihan olah raga kelompok pemuda dan sebagainya.  Seorang pekerja pengembangan komunitas yang merasa terlalu sibuk untuk sekedar mampir dan mengobrol seperlunya, berarti terlalu sibuk untuk membuat pekerjaan pengembangan komunitas yang dilakukannya mencapai keberhasilan.


4.      Peran membangun konsensus (mufakat)
Suka atau tidak suka, konflik pasti terjadi di dalam interaksi sosial, ekonomi dan politik;  betapapun kecil skala jumlah manusia yang terlibat di dalamnya.  Hal ini terjadi karena hampir semua kelembagaan yang ada di masyarakat saat ini dibangun dengan basis persaingan.  Peran ini berhubungan dengan penerapan prinsip konsensus (mufakat) yang telah dijelaskan pada materi tentang Prinsip-prinsip Pengembangan Komunitas (Community Development).

Membangun mufakat adalah pengembangan dari peran mediasi dan negosiasi.  Mufakat mengutamakan tujuan bersama, mengidentifikasi kesamaan kepentingan dasar dan membantu pihak-pihak menuju posisi mufakat optimum yang dapat diterima oleh pihak-pihak.  Sekali lagi, mufakat bulat hanyalah ilusi (angan-angan) yang tidak pernah terjadi.  Dari-pada bermimpi untuk selalu mencapai mufakat bulat atau yang dibulat-bulatkan, lebih baik menempatkan padangan dan pemikiran yang masih berbeda di sebagian anggota kelompok sebagai pertimbangan dalam pelaksanaan keputusan yang kurang bulat.


5.      Peran memfasilitasi kelompok
Sebagian besar waktu yang diperlukan dalam pekerjaan pengembangan komunitas digunakan untuk bekerja di dalam/dengan kelompok.  Sukses seorang pekerja pengembangan komunitas sangat ditentukan oleh sejauh mana efektivitasnya bekerja di dalam/dengan kelompok.  Kelompok-kelompok di dalam pengembangan komunitas dapat saja seperti kelompok kerja, gugus tugas tertentu dan sebagainya.  Lebih jauh mengenai pengetahuan tentang pengelolaan kelompok akan dibahas pada materi lain.


6.      Peran pendayagunaan keterampilan dan sumberdaya
Tugas pertama pekerja pengembangan komunitas untuk memperbaiki kondisi ekonomi komunitas adalah menyusun daftar keahlian, peng-alaman, keterampilan dan sumberdaya lain yang dimiliki komunitas itu.  Pertimbangannya, seringkali berbagai sumberdaya itu merupakan potensi ekonomi yang belum dimanfaatkan secara maksimal.

Sering tidak disadari oleh komunitas, sebenarnya mereka memiliki berbagai sumberdaya yang dapat dimanfaatkan, misalnya :  gedung sekolah yang dapat dipakai sebagai tempat pertemuan, tanah kosong yang sementara belum dimanfaatkan oleh pemiliknya dan para anggota komunitas yang memiliki keahlian tertentu dan sebagainya.

Tugas penting seorang pekerja pengembangan komunitas adalah memfasilitasi agar komunitas dapat mendayagunakan segala potensi yang mereka miliki yang sebelumnya tidak termanfaatkan.  Pelaksanaan peran ini, erat kaitannya dengan penerapan prinsip kemandirian (keswadayaan).

7.      Peran pengorganisasi
Sederhananya peran ini berarti peran seseorang yang berfungsi untuk ‘memastikan segala sesuatu berjalan lancar’.  Misalnya memastikan sudah ada orang yang mengurus ruangan pertemuan yang akan digunakan, memastikan sudah ada yang mengurusi undangan dan sebagainya.

Tidak menyatakan bahwa semuanya harus dilakukan oleh si pekerja pengembangan komunitas, tetapi membantu dan memberi kesempatan kepada anggota komunitas untuk melakukannya merupakan bagian dari peran ini.  Membiasakan proses seperti itu sangat berarti sebagai pendidikan bagi komunitas untuk mengorganisir aktivitas mereka.


B.     Peran-peran Kependidikan (Educational Roles)

Peran kependidikan menuntut para pekerja pengembangan komunitas untuk lebih aktif.  Tidak sekedar pendorong dan pemberi stimulasi.  Pekerja pengembangan komunitas tidak hanya berfungsi membantu agar proses berjalan, tetapi dituntut memberi masukan yang positif dan relatif direktif.  Peran ini tentu saja harus dimainkan dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dimiliki.  Peran kependidikan terdiri dari :

1.         peran meningkatkan kesadaran,
2.         peran penyediaan informasi,
3.         peran menentang (mempertentangkan), dan
4.         peran melatih.

Penjelasan tentang masing-masing bagian peran tersebut dibahas berikut ini.
1.      Peran meningkatkan kesadaran (consiousness raising)
Peningkatan kesadaran dilakukan dengan cara membantu seseorang untuk memahami hubungan antara individu (dirinya sendiri) dengan kondisi politik dan keadaan sekeliling, membantu seseorang memahami bagaimana dirinya berada di dalam keseluruhan struktur yang ada.  Penyadaran juga bermaksud membantu seseorang memahami masalah yang dihadapi, cita-cita, aspirasi, dan kekecewaannya dalam situasi sosial dan politik yang lebih luas.

Pemisahan antara kehidupan individu dari situasi politik adalah salah satu penyebab pembodohan dan pelemahan;  cenderung membawa seseorang pada pandangan yang mempersalahkan si korban (blame the victim) dan memperkokoh struktur yang menekan (structure of the oppression) dan meningkatkan ketidakberdayaan.

Tugas para pekerja pengembangan komunitas adalah mengarahkan orang pada pandangan jauh ke depan dan meyakinkan bahwa dia mampu membuat perubahan.  Penyadaran juga upaya untuk memampukan orang lain melihat alternatif keluar dari berbagai persoalan yang sedang dialami.

2.      Peran memberi informasi (informing)
Menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh komunitas adalah peran penting pengembangan komunitas.  Tidak dapat disangkal bahwa se-benarnya komunitas banyak melihat fakta di sekitarnya.  Tetapi karena fakta-fakta ini tidak diolah, tidak pernah menjadi informasi yang dapat menjelaskan sesuatu kepada komunitas.  Itulah sebabnya, mengapa sering sekali komunitas tidak terinformasi dengan baik dan bahkan tidak menyadari perubahan dan masalah yang mereka alami.

Informasi dari luar sangat berguna bagi komunitas untuk memperluas wawasan dan bahkan sering dapat memberi inspirasi (gagasan-gagasan baru).  Karena itu sangat penting bagi para pekerja pengembangan komunitas untuk menyediakan informasi bagi komunitas.  Informasi-informasi semacam ini misalnya :  informasi tentang suatu komunitas yang kehidupannya sangat demokratis dan mandiri (swadaya), informasi tentang layanan teknologi dan keahlian di luar dan bagaimana cara meng-aksesnya, layanan pelatihan yang mungkin berguna bagi komunitas dan sebagainya.

3.      Peran menentang/mempertentangkan (confronting)
Kadang-kadang seorang pekerja pengembangan komunitas perlu melakukan konfrontasi dengan kelompok tertentu di dalam komunitas karena berbagai sebab.  Tetapi perlu diingat bahwa peran ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati, jangan sampai bergeser pada konflik yang sulit dikelola.  Misalnya, pekerja pengembangan komunitas mengetahui ada sekelompok anggota komunitas yang sedang mengarah pada keputusan yang menuju pelanggaran hukum;  maka tidak ada cara lain kecuali menentangnya.  Contoh lain misalnya jika ada kelompok yang tidak bersedia menginformasikan situasi pembukuannya.

Menentang gagasan kelompok yang kontroversial, dapat dilakukan dengan cara yang baik misalnya dengan mengajukan gagasan dan contoh yang sama sekali berbeda dan berlawanan.  Menentang/mempertentangkan (confronting) juga merupakan instrumen untuk meningkatkan kesadaran.  Dalam konteks ini seorang pekerja pengembangan komunitas menunjukkan satu situasi yang sangat berbeda dengan apa yang ada di komunitas sebagai pembanding.

4.      Peran kepelatihan/melatih
Pelatihan adalah peran pendidikan yang paling spesifik.  Tidak perlu harus merupakan pelatihan formal di dalam kelas.  Sederhananya, mengajari seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara yang lebih baik sudah dapat dikategorikan sebagai pelatihan.  Tidak hendak menyatakan bahwa pekerja pengembangan komunitas harus mampu melatih, tetapi setidaknya dapat menunjukkan pelatihan dan pelatih sesuai kebutuhan komunitas.  Sangat baik jika ditemukan dari komunitas itu sendiri.

Pelatihan terbaik adalah pelatihan yang diberikan atas permintaan komunitas.  Dengan demikian, sangat penting memampukan komunitas merumuskan kebutuhan dan menemukan sumberdaya pelatihan.  Setiap pekerja pengembangan komunitas harus waspada terhadap godaan hasrat pribadi yang terburu-buru menyatakan bahwa pelatihan tertentu dibutuhkan oleh komunitas.

Pelatihan akan sangat bermanfaat sekalipun dilakukan secara tak terstruktur, lebih-lebih yang berkaitan dengan proses dan kegiatan yang berlangsung di komunitas.  Misalnya :  cara membuat catatan (risalah) pertemuan, cara membuat surat resmi, cara mengarsipkan surat, pembukuan sederhana, hingga perencanaan konstruksi sederhana.


C.     Peran-peran Pewakilan (Representational Roles)

Selain cukup banyak waktu yang harus dialokasikan oleh para pekerja pengembangan komunitas untuk berinteraksi dengan  komunitasnya, mereka juga dituntut berinteraksi dengan sistem yang lebih luas.  Hal ini penting karena pada dasarnya pekerjaan pengembangan komunitas bukanlah suatu fenomena tertutup.

Pewakilan adalah peran yang dilakukan pekerja pengembangan komunitas dalam berinteraksi dengan pihak luar, untuk dan atas nama individu, kelompok atau komunitas secara keseluruhan.  Peran ini harus dilakukan dengan jujur dalam ‘takaran’ yang tepat.  Kejujuran diperlukan agar tidak sekali-kali ‘mengatasnamakan’ komunitas (fait accompli) untuk kepentingan sendiri.  Takaran yang tepat diperlukan agar tidak justeru membuat komunitas menjadi ketergantungan kepada ‘wakil’nya.  Pewakilan yang berlebihan tidak mendukung tercapainya keswadayaan.  Kelompok peran ini terdiri dari beberapa peran sebagai berikut :

1.      Mencari dan menyediakan sumberdaya (resourcing),
2.      Pembelaan (advocacy),
3.      Menggunakan media (using the media),
4.      Hubungan masyarakat (public relation),
5.      Mengembangkan jaringan kerja (networking), dan
6.      Mempertukarkan pengetahuan dan pengalaman (sharing knowledge and experience).

Masing-masing dibahas lebih lanjut berikut ini.

1.      Peran mencari dan menyediakan sumberdaya (resourcing)
Meskipun prinsip kemandirian mempersyaratkan penggunaan sumber-daya yang berasal dari komunitas itu sendiri, acap kali pekerja pengembangan komunitas harus mengupayakan sumberdaya tertentu dari luar.  Sumberdaya ini umumnya dana, di mana seorang pekerja pengembangan komunitas sedikitnya terlibat dalam penyusunan proposal, melakukan lobby dan membantu komunitas memahami persoalan politik yang terkait dengan pendanaan.

Pekerja pengembangan komunitas tidak jarang terlalu cepat berkesimpulan dan bertindak mengupayakan dana dari luar untuk membiayai proyek yang akan dilakukan komunitas.  Pendekatan seperti ini justeru sering menyebabkan ketergantungan dan pelemahan.  Sebelum memutuskan untuk mengupayakan sumberdaya dari luar, pekerja pengembangan komunitas hendaknya lebih dulu mempertimbangkan apakah dana benar-benar diperlukan, sumberdaya apa yang sungguh-sungguh diperlukan (dana atau sumberdaya lainnya), dan apakah tidak mungkin disediakan oleh komunitas itu sendiri.

Pendanaan dari luar hanya dapat diterima jika hal itu benar-benar berkaitan dengan keterbatasan waktu, dan hanya dimaksudkan sebagai pemulai (starter) atau untuk menumbuhkan suatu program – tidak untuk jangka panjang.  Harus juga dipertimbangkan apakah sumberdaya pengganti secara perlahan dapat disediakan oleh komunitas sendiri sehingga akhirnya komunitas benar-benar swadaya.

Sumberdaya seperti keahlian, pengetahuan dan teknologi dan sumber-daya non-dana lainnya harus diperlakukan sama.  Kecenderungan terlalu cepat mendatangkan tenaga ahli dan keahlian dari luar dapat mengakibatkan ketergantungan.


2.      Peran pembelaan (advocacy)
Tak jarang seorang pekerja pengembangan komunitas harus memerankan diri sebagai pembela individu, kelompok atau komunitas secara keseluruhan.  Atas nama kelompok, individu atau komunitas;  pekerja pengembangan komunitas harus melakukan sesuatu agar masalah segera memperoleh penyelesaian yang baik dan adil.

Perlu diingat bahwa peran ini cukup mengundang risiko.  Pembelaan (advocacy) hanya dapat dilakukan jika si advokat dipastikan lebih menguasai persoalan dan lebih mampu mengupayakan penyelesaian - lebih-lebih pada kasus hukum.  Jika tidak, akibatnya dapat berbalik menjadi pelemahan dan ketergantungan kepada si pembela.  Karena prasyarat si pembela harus benar-benar lebih mampu daripada yang dibela, maka jelaslah bahwa peran ini mengandung hubungan struktural antara si pembela dengan yang dibela.  Dalam kondisi hubungan struktural seperti ini sangat besar godaan bagi pekerja pengembangan komunitas dan setiap saat dapat tergelincir ke penyalahgunaan kekuatan (abuse of power).

Terutama dalam kaitannya dengan penggunaan peran mempertentang-kan/menentang (confronting), sering kali seorang pekerja pengembang-an komunitas juga harus memerankan diri menjadi apa yang disebut sebagai ‘pengacara setan’ (devil advocate).  Dalam konteks tertentu membela Pihak A melawan Pihak B, tetapi dalam konteks lain lagi membela Pihak B melawan Pihak A, pada konteks lain lagi membela Pihak C melawan Pihak A dan Pihak B.  Strategi ‘peran pembela bunglon’ seperti ini sering harus dilakukan untuk memelihara kebaikan bagi kedua belah pihak dan/atau kebaikan bagi keseluruhan komunitas, tidak sekedar mencapai manfaat bagi salah satu pihak saja.

3.      Peran menggunakan media (using the media)
Sering juga seorang pekerja pengembangan komunitas dituntut mampu menggunakan media (terutama media massa).  Diperlukan untuk mengangkat satu issu tertentu ke khasanah publik yang lebih luas agar memperoleh perhatian lebih besar di arena perbincangan dan agenda publik.  Media massa juga sangat diperlukan jika komunitas ingin mengampanyekan suatu kegiatan yang memerlukan dukungan publik.

Dalam situasi krisis, media sering dibutuhkan.  Misalnya jika ada suatu skandal publik yang berkaitan dengan kepentingan komunitas;  dugaan korupsi atau jika komunitas dihadapkan pada suatu issu kontroversial.  Bentuk-bentuk penggunaan media bisa berupa lansiran media (press release), wawancara di radio dan televisi atau di koran.

4.      Peran hubungan masyarakat (public relation)
Pekerja pengembangan komunitas juga perlu memperhatikan citra yang harus ditunjukkan dari/oleh proyek pengembangan komunitas di mana dia sedang bekerja.  Dia harus berupaya untuk mempromosikan kegiatan pengembangan komunitas yang dilakukannya, baik ke dalam maupun ke luar komunitas.  Ini untuk mengundang partisipasi yang lebih luas.  Peran seperti itu dapat dilakukan dengan menjadi pembicara di satu forum, di kelompok-kelompok di dalam komunitas maupun di luar komunitas, mencetak dan menyebarkan leaflet, brosur, poster dan sebagainya.

Hubungan masyarakat memerlukan kreativitas dan imajinasi yang kuat, kejelian melihat momentum dan kecerdikan meraih perhatian publik.  Pekerja pengembangan komunitas hendaknya tidak memandang peran ini semata-mata sebagai tanggungjawabnya sediri.  Pelibatan komunitas melakukan hal ini harus disadari sebagai bagian dari pemberdayaan.
5.      Peran mengembangkan jaringan kerja (networking)
Berjaringan kerja berarti menjalin hubungan dengan berbagai pihak dan mengembangkan kemampuan mendayagunakan hubungan tersebut dalam mempercepat perubahan yang diperlukan.  Berjaringan kerja juga berarti memperluas hubungan asosiatif dengan berbagai pihak, dan ini penting dalam rangka meningkatkan kekuatan, karena asosiasi merupa-kan salah satu sumber kekuatan.  Lihat bahasan tentang Sumber-sumber Kekuatan (Sources of Power) dan Berbagai Pilihan Strategi Pemberdayaan.

Strategi ini banyak dilakukan untuk mendorong percepatan perubahan melalui hubungan dengan berbagai pihak yang memiliki kesamaan kepentingan dan tujuan, sumber-sumber keahlian dan informasi di luar komunitas.

6.      Peran mempertukarkan pengetahuan dan pengalaman (sharing of knowledge and experience)
Sangat penting bagi para pekerja pengembangan komunitas berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan sesamanya dan mengambil manfaatnya.  Harus selalu disadari bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui segalanya.  Karena itu mereka perlu belajar dari koleganya, dari pengalaman dengan komunitas lain dan bahkan dari proyek sejenis.

Saling membelajari, berbagi pengetahuan dan pengalaman dapat dilakukan secara formal maupun informal.  Secara formal misalnya dengan mengikuti seminar, lokakarya, konferensi, simposium dan sebagainya.  Cara lain misalnya menulis di/atau membaca jurnal atau bullettin.  Dengan cara itu mereka dapat mempertukarkan gagasan tentang apa yang sudah dilakukan maupun yang akan dicoba, memaparkan hasil evaluasi dari program/proyek sejenis, dan bahkan mempertukarkan aspek-aspek teoritis.  Jalur formal tidak harus bersifat khusus dan berkaitan langsung dengan pengembangan komunitas, tetapi juga sangat berguna memetik manfaat dari dan berkontribusi ke bidang-bidang lain seperti :  bidang pemerintahan (otonomi daerah), pembangunan perkotaan, perumahan dan infrastruktur, lingkungan hidup dan bidang-bidang lainnya.

Cara-cara informal sering kali juga menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam rangka pertukaran pengetahuan dan pengalaman.  Ini dapat terjadi pada kesempatan mengobrol di warung kopi, saat makan siang bersama, atau melalui media internet dan sebagainya.

Pekerja pengembangan komunitas harus juga waspada agar tidak menjadi elitis.  Sangat baik jika pertukaran pengetahuan dan pengalaman dilakukan bersama komunitas.  Dan yang penting adalah bagaimana seorang pekerja pengembangan komunitas dapat memfasilitasi proses agar para anggota komunitas mempertukarkan pengetahuan dan pengalaman.  Dalam konteks ini seorang pekerja pengembangan komunitas juga sudah memainkan peran kependidikannya.

D.     Peran-peran Teknis

Sebagian besar pekerjaan pengembangan komunitas tidaklah dilakukan dengan menggunakan keahlian yang dapat dikategorikan sebagai ‘keahlian teknis’ jika seseorang memahami istilah ‘teknis’ itu sebagai penerapan keterampilan khusus/spesifik dengan pendekatan ‘petunjuk teknis’ (cook book).  Meskipun begitu, selalu ada kebutuhan penggunaan keterampilan teknis sebagai alat pembantu proses.  Keterampilan teknis itu misalnya :

1.      Pengumpulan dan analisis data (data collection and analysis),
2.      Penggunaan komputer dan alat kantor lainnya (using computer and other office equipments),
3.      Presentasi verbal dan tertulis (verbal and writen presentation),
4.      Manajemen (management), dan
5.      Pengawasan/pengendalian finansial (financial control).

Bukan keharusan bagi pekerja pengembangan komunitas mampu memainkan keseluruhan peran teknis yang telah disebutkan.  Jika tidak diperoleh seseorang yang mampu memainkan peran keterampilan teknis itu dari komunitas sendiri, perlu diupayakan dari luar.

Umumnya para pekerja pengembangan komunitas mengembangkan sendiri keterampilan teknis sesuai kebutuhannya.  Ini dapat ditempuh melalui pelajaran yang diperoleh dalam pelatihan atau dari pengalamannya sendiri selama melaksanakan tugasnya.

Ada dua keahlian teknis lainnya yang penting dalam melakukan pekerjaan pengembangan komunitas, yaitu :  melakukan kajian kebutuhan dan meng-evaluasi.  Menempatkan keduanya sebagai suatu keahlian teknis sebenarnya mengakibatkan munculnya pendapat bahwa hal itu hanya dapat dilakukan dengan baik oleh ‘para tenaga ahli teknis’.  Hal ini berimplikasi ‘monopoli pengetahuan dan keahlian’ dalam kaitannya dengan pemberdayaan.  Sekali lagi ditekankan, yang lebih penting adalah kemampuan mempertukarkan pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan.

Peran-peran teknik tersebut di atas akan dibahas berikut ini lebih rinci.

1.      Peran pengumpulan data dan analisis (data collection and analyses)
Peran ini menunjuk para peran seperti yang biasa dilakukan oleh seorang peneliti sosial dengan menggunakan berbagai metode penelitian sosial untuk mengumpulkan data yang relevan, mengalisis dan menyajikannya.  Dalam hal ini termasuk merancang dan melaksanakan survai-survai sosial.  Aspek-aspek ini memang mengandung unsur keahlian teknis seperti bagaimana merancang kuesioner dan melakukan analisis statistika dan sejenisnya.  Meskipun begitu, penting mempertimbangkan kata orang bijak yang menyatakan:  “The are two kind of lies in this world;  the damn lies and the statistics”.  Pernyataan ini sering menjadi kenyataan.  Penyebab yang paling sering adalah, karena berusaha keras taat asas pada metodologi statistika tertentu, hanya data yang relevan dengan alat analisis statistika yang diambil – bukan data yang relevan dengan tujuan dan manfaat yang diharapkan dari survai.  Di sinilah umumnya bermula ‘bias para ahli’ (expert bias).

Juga tidak dapat disangkal, begitu banyak survai dan penelitian yang dilakukan sebagai pembenaran hipotesis yang sebelumnya telah ditetap-kan.  Dalam hal ini, kebanyakan survai dan penelitian menjadi semacam ‘kotak hitam’ untuk pembenaran atas kekeliruan perancangan dan pelaksanaan suatu proyek.  Tak kurang parahnya jika kemudian muncul rekomendasi penggunaan pendekatan teknis untuk mengatasi persoalan yang sama sekali bukan persoalan teknis.

Karena itu perlu diingat, bahwa dominasi teknik statistika dalam pengumpulan data dan analisis mengandung risiko yang cukup besar.  Memfasilitasi komunitas untuk melakukan survai diri sendiri (community self-survey) jauh lebih baik.


2.      Peran penggunaan komputer dan peralatan kantor lainnya (using computers and other office equipments)
Apapun pandangan seseorang tentang teknologi komputer, suka atau tidak suka tidak dapat disangkal bahwa benda ini telah menjadi bagian yang hampir tak terpisahkan dari kehidupan.  Karena itu, para pekerja pengembangan komunitas perlu menguasai penggunaannya.  Hal ini dapat menjadi salah satu bagian dari upaya pemberdayaan dalam pengertian memampukan komunitas untuk juga menguasai penggunaan komputer.

Apalagi mengingat manfaat pertukaran informasi melalui internet di mana komputer merupakan komponen pentingnya;  maka penggunaan komputer semakin penting.  Begitu banyak situs internet yang dapat dijangkau sebagai sumber informasi pengembangan komunitas dan pengetahuan terkait lainnya.

Dalam banyak hal, berbagai peralatan kantor lainnya dapat sangat membantu proses-proses yang dilakukan di dalam komunitas.  Karena itu dipastikan bahwa efektivitas dan efisiensi kerja pengembangan komunitas akan meningkat jika penggunaan peralatan kantor dikuasai dengan baik.

Sangat mungkin terdapat kader komunitas yang memiliki komitmen dan kepedulian terlibat dalam pengembangan komunitas, tetapi kurang menguasai penggunaan peralatan kantor.  Dengan meningkatkan keterampilan penggunaan peralatan kantor yang nampak paling sederhana sekalipun, efektivitas dan efisiensi kader seperti ini dapat menjadi sangat meningkat.  Karena itu, membantu komunitas atau kelompok kerja dalam komunitas meningkatkan keterampilan mereka menggunakan peralatan kantor, harus diperhitungkan sebagai bagian dari upaya pemberdayaan.


3.      Peran presentasi verbal dan tertulis
Pengembangan komunitas akan melibatkan berbagai pekerja-an yang nampaknya sepele seperti :  menulis laporan, menulis gagasan, membuat konsep surat, berbicara di hadapan orang banyak (setidaknya di depan kelompok kecil) dan sebagainya.  Salah satu aset paling berharga dalam diri seorang pekerja pengembangan komunitas adalah kemampuannya menyusun dan menyampaikan gagasan secara tertata baik lisan maupun tertulis.

Pekerja pengembangan komunitas harus cerdas memilih kata-kata dan bahasa yang tepat, akrab bagi penerima dan mudah dimengerti.  Penggunaan ‘jargon-jargon’, istilah-istilah asing dan teknis sering menghambat keberhasilan komunikasi.  Tidak jarang orang mengalami ‘mati kamus’ pada saat melakukan presentasi di hadapan orang lain, lebih-lebih di hadapan orang banyak.  ‘Mati kamus’ menampakkan diri dalam dua bentuk.  Yang pertama, penggunaan kalimat dan penuturan yang bertele-tele sebelum akhirnya mencapai maksud inti.  Yang kedua, terlalu sering diam memikirkan dan berusaha menemukan kata-kata yang harus diucapkan untuk menggambarkan gagasan yang ingin disampaikan.  Keduanya sama buruk dan sama menghambat komunikasi.  Kemampuan berkomunikasi verbal maupun tertulis sangat terbantu jika dilengkapi dengan keterampilan menggunakan peralatan audio-visual dan bahasa tubuh.


4.      Peran manajemen (management)
Citi-cita pengembangan komunitas adalah memampukan komunitas itu mengelola kegiatan dan proyek-proyek mereka.  Pada saat komunitas harus mulai mengelola dan melaksanakan sendiri kegaitan mereka, kebutuhan akan kemampuan manajemen menjadi semakin tinggi. 
Karena itu, para pekerja pengembangan komunitas sangat penting memahami dan menguasai aspek-aspek manajemen secara umum – POAC (planning, organizing, actuating, controling);  sehingga mampu meningkatkan kemampuan komunitas di bidang ini.  Dalam konteks ini, manajemen secara umum juga termasuk manajemen proyek-proyek sederhana.


5.      Peran pengawasan keuangan (financial control)
Pengelolaan keuangan menjadi hal yang teramat penting dalam kegiatan pengembangan komunitas.  Hal ini disebabkan karena secara langsung berkaitan dengan kepercayaan pihak-pihak yang terlibat dalamnya.

Di setiap pekerjaan yang dilakukan dengan keterlibatan pihak lain, ‘uangmenjadi sesuatu yang paling peka.  Jangankan penyelewengan penggunaan, kekeliruan pencatatan dan pelaporan saja sudah dapat mengakibatkan prasangka buruk yang sangat besar dari pihak lain.  Ini akan mendorong terjadinya konflik di antara pihak-pihak yang terlibat.

Skandal keuangan tidak jarang berakibat sangat fatal, misalnya :  konflik yang sangat sulit dikelola, penghentian penyaluran bantuan dana, bahkan tidak jarang melahirkan rekomendasi dan keputusan penghentian seluruh kegiatan pengembangan komunitas yang sedang dilakukan.

Peran pengelolaan dan pengendalian keuangan sering harus disediakan dari luar komunitas.  Tetapi sesungguhnya tidak jarang keterampilan dan pengetahuan tentang ini dapat diperoleh dari dalam komunitas itu sendiri.  Lagi-lagi, jika ingin konsisten dengan tujuan pemberdayaan dan prinsip kemandirian;  memampukan komunitas melakukan pengelolaan dan pengendalian keuangan yang bertumpu pada komunitas itu sendiri (community-based financial management) harus diutamakan.


Dengan seluruh uraian dan bahasan tentang peran-peran yang umumnya dijalankan oleh para pekerja pengembangan komunitas di muka;  makin disadari bahwa sangat tidak mungkin menyusun ‘buku pintar pengembangan komunitas’ yang dapat membuat orang langsung mampu dan terampil melakukan pekerjaan pengembangan komunitas.  Pekerjaan, keahlian atau keterampilan dalam pekerjaan pengembangan komunitas haruslah menjadi pekerjaan dan sekaligus sebagai proses belajar bagi para pekerja pengembangan komunitas itu sendiri.


* Materi Pelatihan Community Development oleh Corporate Forum for Community Development


[     ]