Tulisan ini membahas prinsip-prinsip dan cara
bekerja bersama dalam/ dengan kelompok, atau bekerja secara berkelompok; yang
sekarang lebih dikenal dengan istilah “Dinamika
Kelompok” (group dynamics). Kelompok dalam pengertian ini bisa saja merupakan
suatu kelompok kerja kecil, suatu acara pertemuan atau rapat rutin, atau suatu
seminar lokakarya perencanaan program/proyek perencanaan jangka panjang.
PENTINGNYA
DINAMIKA KELOMPOK YANG POSITIF DALAM KERJASAMA
Mengamati berbagai ciri dan tujuan program
pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa hampir setiap program pembangunan
cenderung memerlukan pelaksanaan kegiatan dalam bentuk kerja kelompok. Karena itu para pelaksana dan pengelola
kegiatan pembangunan penting memahami perbedaan antara kelompok kerja yang
efektif dengan yang tidak efektif; mengenali berbagai keterampilan,
pengetahuan, dan faktor-faktor motivasi yang mendorong terbentuk-nya kerja
kelompok yang lebih berhasil.
UNSUR-UNSUR PENENTU EFEKTIVITAS KELOMPOK
Daftar pada halaman berikut menyajikan
beberapa ciri dasar suatu kelompok kerja dengan dinamika yang efektif dan
tidak. Daftar ter-sebut karenanya dapat
digunakan untuk menguji dinamika suatu kelompok kerja.
Doyle dan Strauss meringkas sekumpulan kaidah
tentang pertemuan-pertemuan kelompok kerja yang efektif, sebagai berikut :
1. Semua orang memiliki pandangan yang
sama terhadap tujuan pertemuan,
2. Semua orang mementingkan dan mengetahui
dengan jelas ukuran keberhasilan pertemuan,
3. Semua orang bertanggungjawab atas
keterbukaan, kelancaran dan kesesuaian jalannya pertemuan,
KELOMPOK EFEKTIF & TIDAK EFEKTIF
TIDAK EFEKTIF
|
EFEKTIF
|
|
TUJUAN
1 - 2 - 3 - 4 - 5
|
||
Kabur, serba berdasarkan anggapan, para
anggota ber-beda pemahaman.
|
Jelas, tersurat
disetujui semua anggota.
|
|
IKLIM
|
||
Tidak mendengarkan pendapat orang lain,
banyak pemotongan pembicaraan, saling bersaing.
|
1 - 2 - 3 - 4 - 5
|
Semua saling mendengarkan dan menghargai pendapat orang
lain.
|
KETERBUKAAN
|
||
Menutup-nutupi
kebutuhan se-benarnya.
|
1 - 2 - 3 - 4 - 5
|
Menyatakan kebutuhan dan keinginan terus terang.
|
PERAN SERTA
|
||
Banyak yang tutup mulut dan ada beberapa
orang yang mendominasi pembicaraan.
|
1 - 2 - 3 - 4 – 5
|
Sumbang saran merata dari semua anggota.
|
PERASAAN
|
||
Menutup-nutupi
perasaan se-benarnya
|
1 - 2 - 3 - 4 – 5
|
Menyatakan perasaan secara terbuka.
|
PENGARUH
|
||
Sebagian kecil
mencoba me-nekankan kekuasaannya yang lain disepelekan.
|
1 - 2 - 3 - 4 – 5
|
Semua memiliki
kewenangan yang sama.
|
KEPEMIMPINAN
|
||
Terpusat pada seorang pe-mimpin.
|
1 - 2 - 3 - 4 – 5
|
Dilimpahkan pada mereka yang menguasai
masalah.
|
ISI
|
||
Sering menyimpang dari pokok persoalan.
|
1 - 2 - 3 - 4 – 5
|
Perhatian tetap terpusat pada pokok persoalan.
|
PROSES
|
||
Tidak dibahas dan disetujui bersama
terlebih dahulu.
|
1 - 2 - 3 - 4 – 5
|
Dibahas dan disetujui bersama dahulu.
|
PERAN
|
||
Peran setiap orang tidak jelas dan tidak
disepakati lebih dahulu.
|
1 - 2 - 3 – 4 – 5
|
Peran
setiap orang jelas dan disepakati lebih dahulu.
|
PERTENTANGAN
|
||
Konflik
dihindari atau malah di-biarkan cenderung merusak.
|
1 - 2 – 3 - 4 – 5
|
Konflik ditoleransi dan diatasi secara
kreatif.
|
SUASANA
|
||
Tak ada dorongan dan per-lindungan bagi
setiap pen-dapat.
|
1 - 2 – 3 - 4 – 5
|
Setiap orang didorong dan dilindungi
pendapatnya.
|
4. Semua orang
bertanggungjawab melindungi yang lain dari serangan yang bersifat pribadi,
5. Peran dan
tanggungjawab setiap orang diterangkan secara jelas dan disepakati bersama.
Apa yang
dirangkum oleh Doyle dan Strauss itu pada dasarnya merupakan suatu kumpulan
kaidah umum yang akan membantu mengembangkan kelompok agar dapat bekerja secara
efektif. Doyle dan Strauss menamakannya
sebagai “Interaksi Baru”.
EMPAT PERANAN DALAM PERTEMUAN EFEKTIF
Penelitian
tentang proses berkelompok menunjukkan bahwa terdapat banyak alasan mengapa
pemimpin-pemimpin resmi suatu kelompok kerja sering gagal dalam mengelola
acara-acara pertemuan kelompok-nya secara efektif tanpa bantuan sama sekali.
Pertama, telah terbukti bahwa
sumbangsih pemikiran atau pendapat dan saran dari pemimpin kelompok biasanya
disetujui atau ditolak oleh para anggota bukan atas dasar penilaian objektif,
tapi lebih karena faktor hubungan pribadi antara sang pemimpin dengan
anggotanya.
Kedua, ternyata terlalu
banyak hal yang terdapat dan terjadi dalam suatu acara pertemuan, sehingga
tidak mudah memastikan apakah suatu pertemuan benar-benar telah memenuhi lima
kaidah pokok yang membuatnya menjadi efektif, seperti yang dikemukakan oleh
Doyle dan Strauss. Karena itu Doyle dan
Strauss juga menyarankan perlunya peran-peran baru dalam acara-acara pertemuan
kelompok. Peran-peran baru ini setelah
dicobakan beberapa kali dalam pertemuan-pertemuan kelompok, ternyata memang
cukup berhasil. Saran Doyle dan Strauss
adalah bahwa selain dua peran tradisional pemimpin dan anggota kelompoknya,
juga perlu ada dua peran baru lainnya,yakni sebagai :
1. Fasilitator :
Berperan sebagai “polisi lalu-lintas”
komunikasi yang netral. Ia membantu
siapa saja untuk memusatkan perhatian mereka pada isi pokok pertemuan dan cara
bagaimana pertemuan mesti berlangsung. Ia pun bertanggung jawab untuk menjamin
terjadi-nya pertukaran informasi dan pendapat secara imbang dan merata di
antara semua anggota, dan melindungi mereka dari serangan-serangan yang
sifatnya pribadi.
2. Pencatat :
Membantu fasilitator agar tetap memusatkan perhatiannya pada isi pokok pembicraan
dengan cara mencatat apa yang terjadi selama pertemuan berlangsung, sehingga
setiap orang dapat melihat apa saja yang telah mereka percakapkan dan ke arah
mana pembicaraan berlangsung.
Baik fasilitator
maupun pencatat harus sadar benar bahwa mereka tidak akan mempengaruhi pokok
pembahasan pertemuan selagi mereka menjalankan perannya itu. Artinya, dapat saja mengajukan pendapat
sendiri sebagai fasilitator atau pencatat tetapi jangan memaksakan agar
pendapatnya diterima oleh para peserta pertemuan.
PENERAPAN METODA INTERAKSI BARU
Metoda Interaksi Baru yang diperkenalkan oleh Doyle dan Strauss telah dicobakan beberapa kali
pada acara -acara pertemuan kelompok dan ternyata memang berhasil baik jika
bisa dipadukan dengan tata cara pertemuan yang lazim dan biasa digunakan selama
ini. Metoda ini terdiri dari tiga
jenis/tahap acara kegiatan dan materi acara, yakni :
Ø
Untuk
menyampaikan informasi :
Acara pertemuan
seperti ini tidak dimaksudkan untuk mengambil keputusan, tetapi semata-mata
menyampaikan penjelasan atas suatu informasi.
Hal itu ditegaskan dalam agenda acara sejak awal. Pertemuan memang merupakan cara terbaik untuk
ber-hubungan dengan banyak orang sekaligus pada suatu saat.
Ø
Untuk
analisis dan penampungan saran :
Acara pertemuan
seperti ini dilaksanakan terutama karena pemerakarsa pertemuan tidak memiliki
informasi yang cukup memadai untuk mengambil suatu keputusan. Pertemuan di-laksanakan untuk mencari masukan
dari orang lain dalam kelompok sebagai dasar untuk membuat keputusan yang diperlukan.
Ø
Untuk
mengambil keputusan :
Acara pertemuan
seperti ini dimaksudkan untuk mengambil suatu keputusan tertentu. Tujuan pertemuan sebaiknya dicantumkan dalam
agenda pertemuan dan ditegaskan sejak awal acara. Umumnya, bentuk jenis pertama (menyampaikan
informasi), adalah pertemuan yang tidak memerlukan banyak perubahan dari format
pertemuan yang tradisional dan lazim.
Pemimpin resmi pertemuan akan menjadi ketua acara dan para anggota
mendengarkan informasi serta penjelasan yang disampaikannya. Mungkin ada acara tanya-jawab untuk
meyakinkan sang pemimpin bahwa informasi tersebut sudah difahami dengan jelas
oleh para anggotanya.
MEMPERKENALKAN
METODA INTERAKSI BARU
Format pertemuan dengan Metoda Interaksi Baru
nampaknya mulai diperlukan jika suatu kelompok kerja ingin melaksanakan
pertemuan jenis kedua (analisa dan menampung saran) dan jenis ketiga (mengambil
keputusan). Tanpa terlalu banyak
basa-basi, pemimpin kelompok dapat langsung memulai acara pertemuan dengan
menyatakan misalnya sebagai berikut :
“Saudara-saudara saya akan mencoba
suatu pendekatan baru dalam pelaksanaan acara pertemuan kita kali ini. Saya tidak ingin kedudukan saya menghalangi
anda semua mengajukan pendapat dan saran yang sangat berharga dan kita
butuhkan. Karena itu , saya akan menyerahkan pimpinan pertemuan ini kepada Ny. Wahyu
yang memang sangat memahami persoalan yang akan kita bicarakan dan akan sangat
membantu kita semua mendapatkan suatu pengertian yang lengkap dan utuh tentang
masalah tersebut. Saya harap saudara-saudara
mengajukan saran tentang apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah
ini. Saya sendiri menyarankan agar
bagian acara ini diberi waktu paling sedikit setengah jam, sesudah itu nanti,
baru saya akan kembali memimpin acara pada saat perumusan keputusan terakhir.
Segera setelah
menyampaikan hal tersebut, pemimpin kelompok mempersilahkan Ny. Wahyu
memfasilitasi pertemuan.
MEMPERKENALKAN PERAN FASILITATOR
Ketika
fasilitator pertemuan (Ny. Wahyu) mengambil tempat sebagai pemimpin acara
pertemuan, ia memperkenalkan dirinya dan peran yang akan dijalankannya, maka ia
akan mengatakan sesuatu, misalnya seperti ini :
“Terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya
untuk memimpin acara pertemuan ini sebagai fasilitator. Terus terang, saya belum pernah menjadi
fasilitator sebelum ini, jadi saya agak gugup juga, meskipun saya sangat ingin
mengetahuinya dan karena itu berani mencobanya sekarang. Sebagaimana saya ketahui, saya akan bertugas
melayani anda semua, dan saya harus bersikap netral untuk itu. Tugas saya yang pokok antara lain adalah
membantu memastikan bahwa setiap orang dari kita berbicara, bahwa tak
seorangpun diperbolehkan diserang atau menyerang secara pribadi, dan bahwa kita
semua memang memusatkan perhatian kita pada inti pokok persoalan yang kita
bicarakan. Saya akan dibantu
oleh Sdr. Mufid yang akan bertindak sebagai pencatat. Sdr. Mufid akan terus mencatat semua
pokok-pokok pembicaraan kita di papan tulis selagi kita semua sedang berbicara. Dia juga akan bersikap netral seperti saya,
dan kami berdua meminta umpan-balik anda sekiranya anda lihat kami nampak
memihak. Saudara-saudara, hal penting
lainnya adalah bahwa saudara ketua telah memberikan jaminan pada saya agar ia
diperlakukan sama seperti yang lainnya sebagai anggota pertemuan, dan saya
harap kita semua memperlakukannya demikian...”
Kemudian, fasilitator pertemuan (Ny. Wahyu)
melanjutkan ke pokok acara : Pembahasan
permasalahan. Dalam hal ini setiap orang
hendaknya belajar dari pengalaman dan, jika ada waktu, adakan umpan-balik
terhadap penampilan Ny. Wahyu sebagi fasilitator pada akhir acara.
Fasilitator, seperti Ny. Wahyu, sebaiknya
memang berasal dari anggota kelompok itu sendiri. Fasilitator dari luar anggota kelompok juga
dimungkinkan, terutama jika setiap anggota merasa sangat terikat dengan pokok
permasalahan pertemuan dan tak seorangpun ingin kehilangan kesempatan untuk
terlibat dalam pembicaraan yang seru dalam pertemuannya nanti.
APA YANG
DICATAT OLEH PENCATAT ?
Seorang pencatat, idealnya memahami latar belakang
masalah yang dibicarakan agar ia tidak kehilangan arah ketika mencatat
pokok-pokok pembicaraan setiap orang. Ia
pun harus kreatif meringkas pembicaraan setiap orang dengan mencatat inti
pembicaraan, sekaligus mengelompokkannya secara cepat (dalam kolom-kolom atau
di bawah judul-judul khusus yang telah disiapkan di papan tulis). Penggunaan berbagai spidol (kapur) berwarna,
secara teknis akan membantu mengorganisir dan menyistematisasi isi dan arah
pembicaraan. Insial (huruf depat) nama
para anggota yang bicara dapat dicantumkan pada catatan pembicaraannya
masing-masing untuk mempermudah nantinya mengenali kembali siapa bicara apa,
karena fasilitator sering perlu bertanya kembali apa yang pernah disampaikan
oleh seorang anggota untuk dibandingkan dengan pendapat anggota lainnya,
justeru setelah pembicaraan berlangsung lama dan rumit.
PENATAAN RUANG PERTEMUAN
Bentuk penataan ruang acara pertemuan yang
ideal juga diperlukan untuk dapat melaksanakan Metoda Interaksi Baru. Orang-orang duduk membentuk setengah
lingkaran menghadap ke panel-panel kertas (papan tulis) di mana petugas
pencatat merekam semua pokok pembicaraan sepanjang acara pertemuan
berlangsung. Fasilitator berdiri pada
satu sisinya menghadap kelompok.
Pemimpin resmi atau Ketua Kelompok juga duduk di tengah formasi setengah
lingkaran tersebut, sama seperti anggota yang lainnya dan menjadi bagian dari
mereka. Pengamatan menunjukkan bahwa
bentuk tatanan ruang seperti ini mampu menghindari adanya pemusatan perhatian
pada seseorang tertentu, karena mata setiap orang teralihkan penuh ke arah
catatan-catatan yang terekam pada panel (papan tulis). Dengan cara demikian setiap orang senantiasa
akan memperhatikan perkembangan pembicaraan yang terjadi langsung pada catatan
yang ada, sehingga dengan mudah pula mereka akan mendukung atau menyanggah
suatu pendapat, termasuk meninjau kembali pendapatnya sendiri dan
membandingkannya dengan pendapat orang lain.
Cara seperti ini akan sangat mengurangi “overacting” segelintir
anggota yang akan sangat mengganggu kelancaran jalannya acara pertemuan.
18 LANGKAH PERTEMUAN LEBIH AKTIF
Doyle dan Strauss memberikan usulan 18 langkah pelaksanaan pertemuan lebih
efektif sebagai berikut :
Sebelum pertemuan
1.
Rencanakan dengan secara cermat
pertemuan yang akan di-laksanakan, menyangkut apa yang dibicarakan, kapan, di
mana, mengapa pertemuan perlu dilakukan, siapa yang harus hadir, berapa banyak
peserta yang perlu diundang dan seterusnya.
2.
Siapkan ikhtisar isi acara (agenda)
pertemuan. Kirimkan bersama undangan
sehingga setiap orang yang diundang berkesempatan untuk memahami segala sesuatu
tentang pertemuan itu sebelum mereka hadir.
Pahami setiap mata acara dalam agenda tersebut. Mana yang berupa informasi, analisis dan
saran, dan apa yang harus diputuskan oleh rapat. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk setiap
bagian dan bagian mana yang akan diberi prioritas waktu lebih banyak daripada
bagian lainnya.
3. Jika anda yang bertanggung jawab sebagai
pemimpin acara pertemuan, maka datanglah lebih cepat dari yang lain, lalu
aturlah ruangan acara pertemuan dalam formasi setengah lingkaran menghadap
panel-panel (papan tulis) pencatatan.
Jadwal
Pertemuan
4. Mulailah buka acara pertemuan tepat pada
waktunya. Hargai mereka yang datang
tepat pada waktunya, dan jangan terlalu menghormati mereka yang terlambat
dengan menunda-nunda pelaksanaan pertemuan menantikan kehadiran mereka.
5. Mintalah peserta memperkenalkan diri dan
menyatakan harapan-harapan mereka terhadap pertemuan ini.
6. Tinjaulah secara umum agenda acara yang
sudah ada, lalu beri penjelasan adanya 4 peranan (Ketua, Fasilitator, Pencatat,
Anggota) untuk membuat pertemuan berlangsung lancar, dan tunjukkan siapa yang
akan menjalankan setiap peranan tersebut pada setiap bagian atau mata acara
nanti.
7. Jika perlu,
berdasarkan kesepakatan bersama, tinjau dan per-baharui kembali susunan acara
yang ada.
8. Tetapkan dan sepakati bersama
penjatahan waktu untuk setiap bagian atau mata acara. Mulailah dengan bagian yang men-dapatkan
prioritas jatah waktu terbanyak (bagian yang dianggap paling penting)
9. Tinjau kembali hasil-hasil
pertemuan sebelumnya dan kaitkan dengan isi dan maksud pertemuan kali ini jika
memang relevan.
Selama Pertemuan
10. Pusatkan perhatian pada satu
masalah yang sedang dibicarakan pada saat tersebut secara bersama-sama.
Akhir Pertemuan
11. Tinjau
kembali seluruh hasil pembicaran dan tekankan pada keputusan-keputusan yang
menuntut adanya tindak lanjut. Pastikan bahwa setiap orang tahu apa yang mesti
ia kerjakan dan kapan.
12. Tinjau
kembali catatan-catatan pembicaraan yang dianggap perlu untuk menjelaskan atau
mempertegas keputusan-keputusan tersebut.
13. Tetapkan
tempat dan tanggal pertemuan berikutnya dan kembangkan suatu ikhtisar agenda
pendahuluan untuk itu.
14. Tinjau dan
nilai bersama teknis pelaksanaan (proses) pertemuan dan rencanakan
perbaikan-perbaikan yang diperlukan pada pertemuan berikutnya.
15. Tutup acara
pertemuan dengan singkat dengan ungkapan positif.
16. Bersihkan
dan atur kembali ruang pertemuan seperti semula.
Setelah Pertemuan
17. Siapkan
catatan hasil-hasil pokok pertemuan untuk kemudian diedarkan kepada semua yang
hadir dalam pertemuan.
18. Tindak-lanjuti
keputusan-keputusan yang memang menghendaki adanya tindak lanjut tersebut, lalu
mulai lagi persiapkan rencana pertemuan berikutnya.
JALANKAN PERAN ANDA SECARA AKTIF
Tidaklah jadi
soal apa peran yang dijalankan oleh seseorang dalam suatu acara pertemuan
kelompok : apakah sebagai pemimpin,
fasilitator, pencatat, atau anggota biasa saja.
Tindakan setiap peserta pertemuan akan sangat mempengaruhi keberhasilan
atau kegagalan pertemuan itu. Tidak
berarti bahwa status peran tidak penting, tetapi bagaimana peran itu
dijalankan.
* Materi pelatihan Comdev oleh CFCD